Ada yang mengatakan bahwa orangtua zaman dulu suka menakut-nakuti dan itu berkaitan dengan suatu tradisi atau kebiasaan leluhur. Kadang larangan tersebut oleh anak zaman sekarang dianggap "berbau" takhayul.Sebetulnya tidak semua tradisi daerah tertentu berisi ungkapan-ungkapan untuk menakut-nakuti, tapi mengandung makna serta peran seturut dalam mitologi daerah setempat. Orang yang merasa diri modern dan berpendidikan sering memandang rendah hal-hal gaib atau kepercayaan masyarakat seringkali menyebutnya TAKHYUL. Kata tersebut memiliki makna hanya KHAYALAN BELAKA atau sesuatu yang diangan-angan saja dan sebenarnya tidak ada, tak lebih dari sekedar mengisyaratkan semacam ungkapan ejekan pada mereka yang mempercayainya. Ada asumsi bahwa mereka yang percaya takhayul adalah orang pandir, bodoh, tolol, kuno, tidak berdasar pada logika dan sebangsanya. Namun benarkah kepercayaan rakyat yang diwariskan nenek moyang kita melalui media tutur kata ini tak memiliki fungsi sama sekali bagi kehidupan modern? Kepercayaan rakyat atau takhayul kadang memiliki banyak fungsi yang mengakar cukup kuat dalam masyarakat pada masa lampau, di mana alam pikiran tradisional belum tersentuh sama sekali oleh pendidikan dan teknologi. Fungsi takhayul yang paling menonjol adalah sebagai penebal emosi keagamaan atau kepercayaan yang disebabkan karena manusia yakin akan adanya MAHLUK-MAHLUK GAIB yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya dan yang berasal dari jiwa orang-orang mati. Juga karena takut akan adanya krisis-krisis dalam hidup dan dijumpainya gejala-gejala yang tak bisa diterangkan dan terkuasai oleh akalnya. Atau, karena manusia percaya akan adanya KEKUATAN SAKTI dalam alam dsb, demikian dikatakan Prof Dr James Dananjaya dalam bukunya FOKLOR INDONESIA. Ada takhayul yang bisa berfungsi sebagai pendidikan anak dan remaja, sebagai contoh, orang BETAWI jika hendak mengajari anak-anaknya untuk tidak membuang-buang makanan, "Kalau makanan di atas piring tidak dihabiskan, kelak kalau sudah dewasa akan
mendapat suami/istri yang bopeng !" demikian ujarnya sebagai peringatan agar anak-anak menjadi takut dan mau menghabiskan makanannya. Sementara orang JAWA akan mengatakan kepada anak gadisnya akan
mempunyai suami brewok, kalau dalam menyapu tidak bersih. Ah, masih mending orang jawa ya ancamannya? Kalo suami punya istri brewok, gak pa-pa deh, asal yang brewok bukan janggutnya hehehe.... Ketika takhayul terdepak mundur karena alam pikiran manusia yang mengandalkan hal-hal yang rasional dan akal pikiran logis ada peluang kerusakan lingkungan menjadi lebih melebar. Sebab pada kenyataannya, membangkitkan kesadaran terhadap kelestarian alam dan keseimbangan ekologis, ternyata bukan masalah yang mudah. Sementara pendidikan dengan segala dimensinya belum bisa menjadi sandaran buat pemahaman kesadaran. Akibatnya, lingkungan-lingkungan yang dulu terjaga kelestariannya oleh sebab ADANYA takhayul (PENUNGGU GAIB, misalnya) yang membungkus sekaligus menjaganya menjadi TERANCAM. Perlu diketahui, dalam kaitannya dengan konsep kelestarian lingkungan, alam pikiran tradisional yang terkonsepsi dalam bentuk takhayul cukup besar JASANYA dalam melestarikan dan menjaga sumberdaya yang ada. Pohon besar yang dikeramatkan oleh masyarakat, membuat orang-orang jadi tak berani menebangnya dan pohon TETAP LESTARI bercokol selagi KERAMAT yang melindungi masih dipercayai.Tentu saja berpangku tangan hanya dengan mempercayakan pada takhyul,
bukan sebuah penyelesaian masalah. Ada lagi mitologi Jawa misalnya, ketika orang tua mengatakan kepada anak-anak yang akan berpergian, agar di perjalanan aman selamat sampai tujuan sering mengucapkan: "DHEMIT ORA NDULIT, SETAN ORA DOYAN" secara harfiah berarti SETAN/DHEMIT tidak mau menyentuh alias tidak bernafsu untuk memakan/memangsa. Karenanya maka orang pasti selamat.Ungkapan demikian adalah gambaran tentang kondisi seseorang yang luput dari segala hal yang mencelakakannya. Artinya SELAMAT, SEHAT WALAFIAT, SEGAR BUGAR TIADA ARAL sama sekali. Adalagi ungkapan DONYA ORA MUNG SAGODHONG KELOR atau DUNIA TIDAK HANYA SELEBAR DAUN KELOR, adalah nasehat bagi orang agar berpandangan luas ke depan. Kadang-kadang nasehat ini ditujukan bagi cewe/cowo yang lagi putus cinta, maksudnya agas TIDAK PATAH SEMANGAT atau PUTUS ASA, sebab masih banyak pilihan lain. Ada ungkapan menarik yang saat ini pas ditujukan kepada POLITIKUS-POLITIKUS atau PEJABAT-PEJABAT yang mengaku sebagai wakil rakyat, namun
sering mengecawakan hati nurani rakyat, misalnya meminta pembangunan gedung wakil rakyat yang SUPER MEWAH (Menurut arsiteknya ada kolam renangnya, tempat spa-nya, dll) pokoknya dibuat seperti hotel bintang lima. Padahal kalau ada rapat, sudah ada anggaran hotel berbintang lima juga, bayangkan para wakil rakyat itu mau memikirkan rakyatnya atau mementingkan kenikmatan dirinya sendiri dengan 1001 alasan? Nah ungkapan buat mereka yaitu DURGA AMURANG MARGA. Durga adalah dewi dalam mitologi Hindu yang berkuasa atas kejahatan. Amurang marga artinya menyimpang jalan. Ungkapan tersebut menggambarkan tentang seseorang yang melanggar peraturannya sendiri. Segala peraturan yang dia buat, yang seharusnya dia taati, justru dia langgar sendiri, sehingga rakyat menjadi kurang bersimpati kepadanya. Wakil rakyat yang akan bermewah-mewah di tempat kerjanya tersebut, akankah menjadi kenyataan, bukan semata takhayul yang didongengkan saja? Wakil rakyat dengan gedung DPR-nya akan semakin menakutkan rakyatnya, sebab uang rakyat dihamburkan untuk kenikmatan wakilnya yang terhormat itu. Apakah rakyat akan diam saja dan menganggap kenikmatan dan kemewahan tempat kerja wakil rakyat di DPR RI itu hanya takhayul belaka? Lihatlah rekam jejak para wakil rakyat kita yang sering TUMPUL memperjuangkan hak dasar rakyatnya. Coba kita tengok, apa para wakil rakyat itu tidak tahu bahwa negeri ini KAYA RAYA UNTUK BISA MEMBUAT
SEKOLAH GRATIS dan KESEHATAN GRATIS bagi semua warganya dari Sabang sampai Merauke? Sejak tahun 70-an sangat banyak utang luar negeri kita, mestinya sekolah gratis dan kesehatan gratis sejak dari tahun 80-an sudah bisa dilaksanakan, belum hasil dari minyak bumi dan tambang-tambang yang lain. Tapi yah, DPR cuma MOLOR doang, semua uang itu dihisap tuntas oleh
sebagian orang yang membuat mereka makin kaya. Selama puluhan tahun ribuan trilyun rupiah yang bisa mensejahterakan rakyat hilang dengan politik KKN, atau mungkin DPR ikutan menikmati politik KKN itu? Bukankah buktinya sudah sering terungkap anggota DPR yang terlibat KKN di pengadilan? Ah, rakyat Indonesia memang selalu dijadikan komoditi politik saja, dan nasibnya dibiarkan terus melarat hingga sekarat! Banyak ungkapan-ungkapan dari mitologi berbagai daerah yang tidak selalu bermaksud untuk menakut-nakuti. Paling tidak, itulah nilai-nilai luhur warisan nenek moyang kita, walau sekarang dianggap sebagai warisan yang dianggap kolot dan ketinggalan zaman. Pada kenyataanya banyak generasi muda yang tidak paham akan nilai-nilai yang terkandung dalam kemasan PETUAH itu, terlebih yang berbau susastra. Semoga gedung DPR yang SUPER MEWAH itu bisa jadi dongengan anak cucu kelak, bahwa menjadi wakil rakyat itu memang nikmat! Oleh sebab itu harus
berani nekat bila nanti mencalonkan diri menjadi wakil rakyat, jangan takut takhayul. Karena siluman takhayul bisa dikalahkan dengan jurus KKN kok. Illustrasi :
republik-munafik.blogspot.com, kaskus.us, gayindoforum.com, wahyukencana.blogspot.com, korananakindonesia.wordpress.com, main.man3malang.com, vanadurga.org, dwpsatpolpp.blogspot.com, dimasramadhani.blogspot.com.
KEMBALI KE ARTIKEL