Mentari pudar..
Sinar tak lagi berjaya..
Utuh merubahnya menjadi pecah, menjadi puing, menjadi jadilah namanya..
Saat ini menjadi itu, itu menjadi kebingungan, menjadi penatlah jawabnya..
Aku mabuk! Dan muntahku busuk!
Berceceran, berhamburan, berantakan!
Tak ingin tertawa dalam tangis, gelak menggila..
Akhirnya menangis kemudian tertawa, tesedak..
Baiklah.. Bersiaplah..
Racun-racun kata mulai terolah dengan baik untuk membunuh lidah naga, hati keledai..
Seketika kau lunglai merayap di jiwaku, mendendangkan nada-nada kesadaran..
"Bila teriknya matahari tak pernah sungguh membakar tubuh, kenapa perisaimu yang ku abaikan kini mampu membunuh segalaku?! Persetan! Sekarang juga hentikan rapuhku!"
Dalam kerumunan reaksi arak terteguk, ku jelaskan perlahan padamu, ah tidak! Cepat saja!
Baiklah.. Mendayu saja.. Ku tahu kau lebih menyukainya..