Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Politik Ideologis, Politik Partai Hingga Politik Figur

2 April 2014   21:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10 169 0
Membaca sejarah politik bangsa setidaknya dapat dibagi dalam 3 corak politik yang dominan. Politik ideologis sebagai corak politik yang mengemuka dapat dilihat pada menjelang kemerdekaan hingga masa orde lama. Sinergitas identitas ideologis partai bersinergi dengan figur-figur partai yang dilihat dari penguatan wacana serta gagasan yang dibangun. Perbedaan partai, seperti halnya perbedaan figur begitu mencolok yang dilihat dari ideologi partai yang merembes ke ideologi figur. Mulai yang islamis-reformis dan anti kolonialis, nasionalis-progresif, hingga sosialis-demokratik, puncak ‘’persinggungan’’ gagasan menemukan titik klimaks pada saat perdebatan perumusan ‘’dasar negara’’, hingga akhirnya keluar ‘’pancasila’’ sebagai kesepakatan politik, arus konfensi titk temu ideologi. Perdebatan gagasan ideologis parpol menjadi instrumen politik yang mengemuka, bukan perdebatan hingga saling serang politik personal yang berujung pada penggorengan isu-isu murahan (black campaign personalitas) seperti yang mengemuka hari ini sebagai satu-satunya dagangan politik yang mengemuka.

Pada era menjelang kemerdekaan terlihat kuat eksistensi partai hadir sebagai sebuah gerbong ideologis, timbul-tenggelam sering dengan kekuatan represif kolonial. Pada masa tersebut partai muncul sebagai kekuatan kolektif ideologis yang teroganisir, yang jauh dari semangat populisme, merepresentasikan sebagai ideologi perjuangan. Motif ideologi merupakan landasan pokok terbentuknya partai secara kolektif. Berbeda dengan sekarang, partai politik tidak hanya terbentuk untuk mempertahankan kepentingan segelintir borjuis dalam mempertahankan kepenguasaan terhadap akses produksi atau paling tidak menjadi kendaraan politik untuk penguasaan akses produksi lain, tetapi juga dibentuk oleh ambisi kekuasaan subjek yang jauh dari semangat kolektifisme ideologis. Partai bukannya terbentuk oleh kolektifisme ideologis melainkan dibentuk oleh orang per-orang yang ditopang oleh kekuatan modal semata, yang menemukan momentumnya pada kekecewaan politik pragmatis.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun