Hidup merupakan perjalanan yang penuh dengan misteri. Banyak kejutan yang dapat menghampiri, baik itu berupa kabar baik ataupun kabar buruk. Pertengahan bulan Maret 2020 lagi-lagi Indonesia dikejutkan dengan datangnya sebuah kabar, yang pada waktu itu masih terlihat ambigu apakah ini kabar baik atau buruk. Kabar positif COVID-19 yang telah menjadikan Wuhan kota mati ternyata dialami oleh salah seorang warga Indonesia. Sontak kabar tersebut menuai berbagai macam respon dari seluruh penjuru negeri. Khawatir dan cemas itulah yang dirasakan warga Indonesia saat itu. Namun, pemerintah meyakinkan bahwa virus tersebut tidak akan menyebar dan Indonesia akan tetap aman. Tetapi, pada kenyataannya Allah berkata lain. Virus COVID-19 pun dengan cepat menyebar hampir ke seluruh Indonesia. Sehingga pemerintah pun dibuat kewalahan, lalu terbitlah berbagai macam regulasi darurat salah satunya adalah lockdown. Dengan adanya regulasi tersebut mobilitas masyarakat pun dibatasi. Rasa takut, cemas, khawatir pun kembali menyelimuti negri ini. Semua lini kehidupan terdampak, ekonomi, pendidikan, pariwisata bahkan peribadatan. Banyak juga yang akhirnya bangkrut, frustasi, dan sebagainya. Pandemi ini tidak hanya menyerang kesehatan fisik seseorang, kesehatan mental pun diganggunya. Mengutip dari laman katadata.co.id, Berdasarkan survei Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), sebanyak 68 persen masyarakat mengaku merasakan cemas dan 67 persennya mengaku depresi selama pandemi. Dengan demikian, mengelola emosi menjadi hal penting agar dapat bertahan dalam berbagai macam keadaan dan kondisi seperti pandemi saat ini. Juga yang paling penting sebagai seorang muslim adalah tetap dalam keimanan kepada Allah dan yakinlah bahwa Allah akan memberikan pertolongan. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan dan mencegah kemungkinan buruk terjadi ialah dengan self-healing. Lalu apa yang dimaksud self-healing, dan bagaimana caranya, semuanya akan dikupas tuntas dalam pembahasan berikut.
KEMBALI KE ARTIKEL