Siang, susahkah kauingatkan Sunyi yang termangu di beranda Takberdaya? Bisikkan ke kupingnya. Aku ingin mengajaknya berguru pada tabah awan yang tak lelah dipermainkan angin.
Petang, sudilah kaukirim Terang ke keluk ingatannya yang berkeriut di tenang Senja. Sertakan padanya: kegembiraan menanti beduk magrib bagi perantau yang galau dibekuk rindu.
Malam, sukalah kaubawakan Senang pada kenangannya yang tercengang di pelukan Nasib Buruk. Ikutkan pula: Cemas yang menyelinap ke palung mimpiku dan ingin pulang ke hatinya yang paling.
Dinihari, sucikah bibit Nestapa yang kauhadiahkan bagiku di bibir beranda? Akan kusemai bibit itu di dada rapuhku. Biar tumbuh tabah, biar subur sabar.
Waktu, sulaplah aku menjadi embun yang sekarat di tepi daun, lalu jatuh ke tanah sebagai basah bagi rekah.
Dukuh Rindu, 2021