Matahari rebah ke barat ketika saya menginjak pelataran warkop Kang Mamat. Dua orang tengah asyik berpolitik, bersaing mengatur sebuah kerajaan di papan catur, serta bekerja tanpa kata menggerakkan bidak dan perwira. Dua orang lainnya sibuk baku debat. Adapun Kang Mamat, barista plus pramusaji, cengar-cengir menyambut kedatangan saya.