Saat saya mengajar di pusat kota Kabupaten, saya meminta ijin mama untuk kos di tengah kota. Saat itu saya indekos di sebuah kamar yang terletak di sebelah Sekolah tempat saya mengajar dengan iuran perbulan Rp 200.000. Seingat saya, Iuran untuk kamar kos itu saya bayar tepat waktu. Sekali waktu, ibu kos datang lalu mengeluh kepadaku tentang 1 keluarga yang terdiri atas 3 jiwa pada kamar kos sebelah yang menunggak uang kos hingga bertahun-tahun. Bahkan keluarga itu mulai memperlakukan rumah kos itu tak ubahnya seperti milik sendiri. Sejak saat itu, saya ingin keluar Indekos itu karena tak ingin saya dikatakan sebagai orang terlantar. Pikiran saya kembali ke rumah mendiang ayahku. Mendiang ayah semenjak membentuk keluarga dan melahirkan kami, beliau bersama ibu sudah memikirkan bahwa tanah ialah investasi paling tepat untuk masa depan.
KEMBALI KE ARTIKEL