Bagi pasien cuci darah HB drop itu sudah makanan sehari hari, karena ginjal pasien cuci darah itu sudah tidak berfungsi, sehingga tidak bisa membuat hormon untuk HB. Akibatnya HB bisa drop sampai 6 , dan ini sudah tidak bisa diobati atau disuntik dengan obat EPO lagi, tapi harus segera tranfusi darah.
Nah..disini masalahnya, dulu sebelum berlaku BPJS masih menggunakan ASKES, bila saya drop HB sampai 6 atau 7 ( normalnya 13 sd 16), badan sudah sangat lemes, melayang, gleyong, pusing pula, saya tinggal datang ketempat HD sambil membawa hasil LAB nya, kemudian besok sudah bisa tranfusi sambil melaksanakan HD. beres.
Sekarang peraturannya, jadi ribet untuk orang sakit gagal ginjal cuci darah. Saya harus kermbali ke puskesmas, minta rujukan lbaru agi, antri lagi tentunya, yang isinya minta untuk di tranfusi dan dirawat di RS ybs. Setelah itu dibawa ke UGD RS ybs, dan saya harus rawat inap dulu satu hari, baru besoknya dikerjakan , selama 2 hari rawat inap, bila kemudian kita sampai ke jadwal HD , selesai tranfusi langsung ke ruang HD untuk cuci darah. Sedih betul badan ini harus di tusuk2 berkali kali , tusukan untuk tranfusi dan tusukan utnuk cuci darah. Biasanya tusukan hanya satu kali, hanya tusukan untuk HD dan tranfusi bisa numpang disitu, jadi dikerjakan bersama sama. Hemat waktu , hemat sakit pula.
Begitulah proses peraturan BPJS bagi yang butuh tranfusi darah . Pertanyaan saya didalam hati : Kenapa tidak membuat peraturan khusus bagi peserta cuci darah ? Dapat despensasi agar lebih dimudahkan, tidak perlu megikuti prosudur baru, tetap dengan prosudur lama saja, paling berapa lama lagi sih kami bisa bertahan hidup ? Maaf bukan mendahului putusan Tuhan...syareatnya memang seperti itu adanya di lapangan.
Semoga tulisan ini dibaca oleh para PENGUASA yang berwenang. Perlu saya infokan bahwa hampir sebulan 1 x sahabat2 cuci darah satu persatu tidak bisa bertahan lama, dipanggil sang Cholik.
SubhanaAllah............
