Kebetulan salah satu temanku mengajar, membawa jus kulit manggis hasil olahan sendiri dan diletakkan di atas mejanya. Temanku mempersilakan siapa saja yang ingin mencicipi jus kulit manggis hasil buatannya itu. Kebetulan aku dan kedua temanku tidak mengajar pada jam pertama, kami pun bergegas ingin mencoba jus kulit manggis itu. Kami penasaran ingin tahu rasanya.
Salah satu temanku menuangkannya sedikit ke dalam gelas dan mencoba mencicipinya. Aaaah......pahit, seru temanku. Aku pun penasaran ingin juga mencicipinya. Bagiku, segala sesuatu yang bermanfaat untuk kesehatan aku suka. Misalnya, dulu buah pace sangat ngetren, bisa mengobati berbagai macam penyakit pernah ku coba walaupun baunya seperti buah busuk, terapi air juga pernah kucoba, daun sirsat sering aku mengonsumsi, dan kulit manggis ini baru aku akan mencobanya.
Aku pun mulai mencicipinya. Memang benar, rasanya pahit dan getir. Kupikir ini karena terlalu kental sehingga rasanya sangat pahit. Sisa jus kulit manggis itu pun kutambah dengan air putih dan kuaduk sampai rata terus kuminum lagi sampai habis. Temanku yang lain juga seperti itu meniru caraku, tapi temanku dibubuhi gula sedikit agar tidak pahit.
Lima belas menit kemudian, perutku mual. Aku pingin muntah. Aku mencoba bertahan dengan menarik napas dalam-dalam agar rasa mual itu segera hilang. Namun, rasa mual itu masih terus menggangu sehingga aku pun tidak bisa mempertahankan untuk tidak muntah. Aku segera berlari ke toilet dan menumpahkan seluruh isi perutku. Uh...lega sudah!
Ternyata tidak hanya aku saja yang merasa mual dan pusing setelah minum jus kulit manggis. Kedua temanku yang tadi juga ikut mencicipi jus kulit manggis juga mengalami hal yang sama, kepalanya terasa berat. Kedua temanku mengalami sakit kepala yang hebat tapi mereka tidak mutah. Selang beberapa lama temanku yang satunya juga mutah-mutah di toilet sampai semua isi perutnya terkuras habis, tubuhnya sampai lemas. Temanku yang satu lagi masih sakit kepala hebat sampai tidur di ruang guru dengan menata kursi yang dirapatkan. Ternyata pengaruhnya tidak cuma mutah saja, aku mengalami diare juga, sampai tiga kali aku BAB di sekolah pada siang harinya.
Keadaanku sudah lebih baik, setelah mutah dan BAB aku sudah tidak merasa mual, pusing, dan sakit perut lagi. Aku sudah sembuh! Namun, tidak untuk kedua temanku, mereka masih merasakan pusing-pusing. Melihat kami bertiga mengalami hal seperti itu, membuat temanku yang lainnya tidak berani mencicipi jus kulit manggis.
Ketika bel istirahat berdering, temanku yang membawa jus masuk ruang guru, dia kaget melihat aku dan kedua temanku teler. Dia ketakutan dan merasa bersalah. Menurutnya dia sudah mencuci bersih kulit manggis tersebut, kemudian direbus, setelah direbus lalu diblender dan di bawa ke sekolah.
Aku tak tahu, apakah kulit manggis yang diolah sendiri bisa menyebabkan keracunan seperti yang kami alami? Atau mungkin ada takaran tertentu yang harus dicampur dengan bahan-bahan lainnya, sehingga tidak membuat keracunan. Kami memang tahu bila kulit manggis itu bermanfaat bagi kesehatan tapi kami tidak tahu bagaimana cara mengolah kulit manggis yang benar dan apa saja bahan tambahan lainnya yang diperlukan berikut takarannya.
Semoga pengalaman ini hanya kami saja yang merasakan. Kali lain aku akan lebih berhati-hati bila akan mengonsumsi sesuatu yang berbau herbal. Lebih-lebih hasil olahan sendiri karena kita tidak tahu komposisi yang benar. Tapi...pengalaman adalah guru yang terbaik, kalau tidak mencoba mungkin kami masih penasaran dengan kulit manggis, karena kami tak kuat membelinya, maksud hati ngirit malah berakibat fatal! hehehe....! Salam Kompasiana!
Oleh diahningtias W (Yogyakarta, 24 Maret 2013)