Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Aceh, kami mencintaimu ketika:

9 April 2011   11:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:58 75 1

1. kota mencapai puncak semrawut, dengan angkutan kota parkir sembarangan

sampah-sampah berserakan tanpa bak penampungan

dan kulihat sepasang anjing bercinta dekat selokan sumbat

hari itu , bendera partai berkibar tanpa sungkan

pengemis-pengemis menanti pemilihan umum tanpa banyak berharap

karena perubahan adalah suatu benda yang jatuh dari langit layaknya hujan

kala itu, cintaku padamu mungkin saja tak seburuk partai mencintai audiennya

tapi syukurlah aku buru-buru berjanji menikahimu

2. syariat islam baru saja dideklarasikan, mengganti produk hukum liberal

ke regulasi Tuhan. Antara syukur dan was-was aku melanjutkan cinta padamu

sambil memelihara baik-baik rasa penasaran akan nikmat persenggamaan

menyembunyikan kecurigaan dengan kepolosan khas laki-laki 20-an.

Biarlah ini jadi angan-angan yang tidak bermasalah dengan hukum Tuhan

Aku tidak mau ( lebih tepatnya malu )harus berurusan dengan polisi syariat karena kedapatan khalwat

Sudahlah, tanpa kukatakan pun cinta antara kita pasti berdiri setan yang rutin menghasut hasrat seksual binatang. Sehingga pelukan dan dekap semakin erat saat mengendarai sepeda motor, dan betapa bangganya dapat lolos dari razia jilbab

Begitulah, syariat  kita anggap sesuatu yang jenaka dan pantas untuk ditertawakan ketika pemerintah memberi anjuran-anjuran temporal dan sanksi ringan.

Tanpa menyentuh hal-hal subtansial.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun