1. kota mencapai puncak semrawut, dengan angkutan kota parkir sembarangan
sampah-sampah berserakan tanpa bak penampungan
dan kulihat sepasang anjing bercinta dekat selokan sumbat
hari itu , bendera partai berkibar tanpa sungkan
pengemis-pengemis menanti pemilihan umum tanpa banyak berharap
karena perubahan adalah suatu benda yang jatuh dari langit layaknya hujan
kala itu, cintaku padamu mungkin saja tak seburuk partai mencintai audiennya
tapi syukurlah aku buru-buru berjanji menikahimu
2. syariat islam baru saja dideklarasikan, mengganti produk hukum liberal
ke regulasi Tuhan. Antara syukur dan was-was aku melanjutkan cinta padamu
sambil memelihara baik-baik rasa penasaran akan nikmat persenggamaan
menyembunyikan kecurigaan dengan kepolosan khas laki-laki 20-an.
Biarlah ini jadi angan-angan yang tidak bermasalah dengan hukum Tuhan
Aku tidak mau ( lebih tepatnya malu )harus berurusan dengan polisi syariat karena kedapatan khalwat
Sudahlah, tanpa kukatakan pun cinta antara kita pasti berdiri setan yang rutin menghasut hasrat seksual binatang. Sehingga pelukan dan dekap semakin erat saat mengendarai sepeda motor, dan betapa bangganya dapat lolos dari razia jilbab
Begitulah, syariat  kita anggap sesuatu yang jenaka dan pantas untuk ditertawakan ketika pemerintah memberi anjuran-anjuran temporal dan sanksi ringan.
Tanpa menyentuh hal-hal subtansial.