Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bahasa

Dari Peristiwa ke Imajinasi (Apresiasi atas Cerpen Hujan di Biara karya Hans Hayon)

21 Desember 2014   04:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:50 256 0
Sebuah cerpen kadang ditafsirkan memiliki bobot tertentu, mengandung pesan-pesan yang setidaknya mengintensifkan cara pandang pembaca terhadap kenyataan. Seperti halnya novel, cerpen terbagi dalam dua garis besar, yaitu cerpen fiktif dan faktual. Cerpen fiktif harus benar-benar fiksi, khayalan, bahkan impian. Cerpen semacam ini paling sering dijumpai di tabloid atau majalah hiburan. Sedangkan cerpen faktual berangkat dari kejadian nyata atau realitas sosial. Cerpen faktual memang juga fiksi, tetapi tidak sepenuhnya fiksi karena masih berpijak bahkan mengais-ngais kenyataan. Cerpen faktual biasanya hadir dalam surat kabar (surat kabar yang sudah terpercaya, seperti Pos Kupang dan Flores Pos).


Menjadi soal, ketika cerpen dilihat sebagai bentuk bacaan hiburan (muncul setiap hari Minggu). Dan Pos Kupang, Minggu, 2 Maret 2014 menurunkan sebuah cerpen dengan judul Hujan di Biara (Surat Untuk Tuhannya Grace) karya Hans Hayon. Cerpen yang sangat menarik. Setelah membaca cerpen ini, saya bangga dengan kecerdasan Hans membaca peristiwa dan mengemasnya dalam imajinasi yang memukau. Sebuah pertanyaan, apakah cerpen ini hanyalah sebuah hiburan saja?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun