Â
Â
Sahifa Wiam Sahila (24104090043)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prodi Manajemen Pendidikan Islam
e-mail:wiamsahifa@gmail.com
Â
Â
Â
Abstrak
Al-quran merupakan kitab suci dalam ajaran islam. Didalam al-quran menjelaskan berbagai keilmuan seperti linguistik. Sains merupakan ilmu yang membahas tentang alam. Maka antara islam yang bersumber dari al-quran ini dapat di integrasikan dengan sains. Dengan paradigma integrasi ini akan memunculkan berbagai macam cabang keilmuan kontemporer. dengan memahami liguistik yang terkandung dalam al-quran ini dapat menjadi sarana untuk kita memahami makna yang terkandung didalam al-quran. Untuk memahami linguistic al-quran ini akan diahas secara epistemology, yaitu melalui pendekatan bayani, burhani, dan irfani. . Hubungan linguistic dengan epistestemologi yaitu linguistik merupkan satu kesatuan sarana untuk memahami epistemology al-quran. Linguistic dengan bayani memunculkan ilmu nahwu, shorof, balaghoh, ilmu tafsir, dan ilmu qiroat. Linguistic dan burhani memahami dan menyebarkan ajaran al-quran melalui retorika yang baik. Dan linguistic dengan irfani menjadi sarana penyampaian pengalaman spiritual dengan Bahasa. Maka dengan integrasi ini akan mengembangkan keilmuaan lebih rasional dan optimal.
Â
Kata kunci : integrasi ,al-quran, sains, dan linguistik
Â
Â
Â
Abstrack
The Koran is the holy book in Islamic teachings. In the Koran explains various sciences such as linguistics. Science is a science that discusses nature. So, Islam, which originates from the Koran, can be integrated with science. With this integration paradigm, various branches of contemporary science will emerge. By understanding the linguistics contained in the Al-Quran, this can be a means for us to understand the meaning contained in the Al-Quran. To understand the linguistics of the Koran, it will be discussed epistemologically, namely through the bayani, burhani and irfani approaches. . The relationship between linguistics and epistemology is that linguistics is a unified means for understanding the epistemology of the Koran. Linguistics with bayani gave rise to the science of nahwu, shorof, balaghoh, tafsir science, and qiroat science. Linguistic and burhani understand and spread the teachings of the Koran through good rhetoric. And linguistics with irfani becomes a means of conveying spiritual experiences using language. So this integration will develop science more rationally and optimally.
Â
Keyword : Tafsir, History,The famous tafsir
Â
Â
PENDAHULUAN
Paradigma berarti suatu konsep atau metode yang digunnakan dalam memahami sesuatu,  intarasi berarti proses penggabungan suatu bagian menjadi kesatuan. Maka paradigma  integrasi islam dan sains berarti menyatukan antara ajaran agama islam yang bersumber dari al-quran dan hadist dengan ilmu-ilmu sains yang ada di dunia. Dalam al-quran telah dijelaskan banyak hal menganai ilmu di berbagai aspek. dengan Integrasi ini mampu memunculkan keilmuan baru seperti linguistik, astronomi, kedokteran, fisika, biologi dan masih banyak lagi
Â
linguistic alquran merupakan al-quran yang ditijau dari aspek kebahasaannya. Karena al-quran memiliki keasastraan yang tinggu dan agung. Tidak ada satupun manusia yang mampu menyaingi kesasatraan yang ada di dalam al-quran. Â Dengan memahami al-quran dari segi linguistic ni dapat memunculkan berbagai aspek keilmuan dan banyak manfaat. Dalam hal ini linguitik al-quran yang di fahami dari integrsik antara islam dan sains. Aspek utama dalam linguistic al-quran diantaranya adalah sintaksis, morfologi, semantic,gaya Bahasa, koheren, dan tafsir linguistic.dengan memahami liguistik yang terkandung dalam al-quran ini dapat menjadi sarana untuk kkita memahami makna yang terkandung didalam al-quran, sehingga dapat dikembangkan menjadi berbagai ilmu kontemporer.
Â
Pemahaman al-quran dari linguistic ini ditinjau dari segi epistemology. Epistemology merupakan pengetahuan rasional yang didapatkan dari berbagai aspek . Hubungan linguistic dengan epistestemologi yaitu linguistik merupkan satu kesatuan sarana untuk memahami epistemology al-quran, karena Bahasa merupakan jembatan untuk memahami al-quran. Pemahaman al-quran dengan linguistic ini dapat difahami memelalui beberapa aspek, yaitu bayani, burhani, dan irfani. Integrasi bayani dengan linguitik alquran brarti mamahami al-quran dari segi kebahaasaan  yang terkandung dalam teks al-quran. Hal ini dapat memuculkan ilmu seperti ilmu nahwu, ilmu shofor, ilmu balaghoh, ilmu tafsir dan ilmu qiroat. Integrasi linguistic al-quran dengan burhani merupakan pendektan pemahaman al-quran secara rasional agar memunculkan pemahaman yang logis, seperti ppenyebaran ajaran agama melalui retorika, integrasi inguistik keberagaman dengan melalui  retorika. Integrasi irfani dengan linguistic al-quran merupakan pendekatan secara mistik atau spiritual, seperti mambahasakan pengalamanan spiritual, menggunakan wirid, doa, dan sebagai peghubung antara hamba dngan Tuhan.
Â
Â
PARADIGMA INTEGRASI ISLAM DAN SAINS
Paradigma merupakan suatu konsep, teori yang digunakan manusia untuk memahami dunia dengan penelitian tertntu. Menurut Thomas Kuhn paradigma merupakan seperangkat asumsi, teori, dan metode yang diterima bersama oleh komunitas ilmiah pada suatu periode tertentu yang digunakan ilmuan sebagai dasar untuk penelitian tertentu. Menurut Immanuel kant menyatakan bahwa paradigma adalah struktur pikiran atau kerangka konseptup yang dipakai manusia untuk memahami suatu dunia.
Integrasi merupakan proses penyatuan atau penghubungan antara suatu bagian menjadi satu kesatuan yang koheren dan saling berkaitan. Menurut Geert Hofstede integrase merupakan proses penyatuan nilai-nilai dan praktik budaya yang berbeda dalam masyarakat multikultural. Integrasi mencakup penyesuaian berbagai hal yang ada, sehingga tercipta keseimbangan dan keselarasan di dalamnya.
Islam merupakan suatu agama yang ajarannya mencakup berbagai aspek sosial, moralitas, universal, politik, ekonomi dan seluruh hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia secara universal  berdasarkan al-quran dan hadist. Sayyid Qutb, seorang aktivis Mesir yang terkenal, memaknai Islam sebagai suatu sistem kehidupan yang meliputi seluruh aspek kehidupan  muali dari sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Qutb menegaskan bahwa Islam bukan hanya agama ritual atau keyakinan spiritual, tetapi juga sebuah ideologi sosial-politik yang mengatur kehidupan seluruh umat di dunia dan akhirat. menurut Qutb, implementasi Islam dalam kehidupan sehari-hari adalah wujud hudud Allah (hukum-hukum Tuhan) yang wajib dilakukan di masyarakat.
Sains merupakan penjelasan sistematis yang diperoleh berdasarkan fenomena yang relevan.
Menurut Auguste Comte sains merupakan suatu metode yang berdasarkan pengamatan empiris dan eksperimen yang dapat dibuktikan. Menurut Richard Feynman sains merupakan sebuah metode untuk memahami alam semesta melalui penemuan realita yang bisa diuji dan diterima oleh pengalaman empiris. Feynman menegaskan pentingnya kaingin tahuan manusia yang tidak terbatas dan pemikiran kritis dalam menjawab berbagai pertanyaan ilmiah.
Maka paradigma integrasi islam dan sains merupakan sebuah konsep atau metode keilmuan yang diperoleh dari pengamatan, penelitian yang menghubungkan antara islam dan sains dalam satu kesatuan yang saling berhubungan. Hal ini memunculkan berbagai pemahamnan baru yang lebih indah dan harmonis dalam mengintegrasikan islam dan sains. Dengan adanya integrasi anatar islam dan sains ini juga mampu membuka pemikiran manusia lebih luas dan mendalam dan mengurangi adanya kesenjangan yang antara pemikiran yang berbeda. Mengintegrasikan kedua hal ini sangatalah penting untuk difahami hingga menjadi pardigma yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Â
Â
LINGUISTIK AL-QUR'AN DAN EPISTEMOLOGI
1. Pengertian
Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang Bahasa yang meliputi struktur, penggunaan,keterkaitan, dan perkembangan bahasa. menurut Bloomfield yang merupakan salah satu tokoh utama dalam linguistik strukturalisme Amerika, Linguistik adalah ilmu mengenai bahasa melalui pengamatan pada data empiris, dengan tujuan untuk memetakan dan meneliti elemen-elemen bahasa (seperti fonem, morfem, dan sintaksis) dan cara mereka berkomunikasi. Menurut Al-Tusari linguistik dalam konteks mistik dan simbolik. dilihat bahasa sebagai cara untuk menyampaikan makna secara mendalam dan rahasia, di luar makna literal. Hal Ini berkaitan dengan interpretasi al-Qur'an dan hadits yang kerap memakai tafsir bahasa yang lebih mendalam.
Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang dianggap sebagai wahyu terakhir dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Kitab ini berisi petunjuk hidup yang sempurna, mencakup ajaran tentang agama, hukum, moral, serta panduan untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Kata "Qur'an" sendiri berasal dari kata Arab yang berarti "membaca" atau "mengumpulkan", yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang dibaca dan dijadikan pedoman. Al-Qur'an terdiri dari 114 surah (bab) yang dibagi menjadi banyak ayat. Ayat-ayat ini diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW selama lebih dari 23 tahun melalui malaikat Jibril.
Â
Pengertian epistemologi merupakan pengetahuan rasional yang diperoleh dari berbagai aspek, logika, bukti, maupun pengalaman empiris. Dalam hal islam terdapat 3 cara untuk memahami al-quran, yaitu dengan bayani, burhani dan irfani. Dengan menerapkan hal ini akan mampu membuka pemikiran dan pengetauan yang lebih luas dan memberi manfaat bagi keberlangsungan kehidupan manusia. Menurut Plato epistemologi sebagai pengetahuan adalah "kepercayaan yang benar berdasarkan pada suatu alasan." Ia berpendapat bahwa pengetahuan harus dilandaskan pada kebenaran yang tetap dan bukan sekadar opini atau pandangan indrawi. Menurut Ibn Rushd berpandangan bahwa epistemologi yang sangat rasional dan lebih dekat dengan pemikiran filsafat Yunani, khususnya Aristoteles. Dalam karya "Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtasid", Ibn Rushd menegaskan bahwa ilmu yang didaatkan berdasarkan pengalaman inderawi yang disambung dengan akal. Ia berpandangan bahwa wahyu dan filsafat tidak bertentangan, dan kedua hal tersebut mampu mengantarkan kepada pengetahuan yang sama tentang pemahaman hakikat alam semesta.
Â
Â
2. Linguistik Al-Quran
Linguistic al-quran berarti membahas mengenai kebahasaan yang ada dalam al-quran, mencakup berbagai aspek seperti tata bahasa (struktur kalimat), bentuk kata (morfologi), dan makna (semantik). Dengan mempelajari linguistik Al-Qur'an, kita bisa lebih memahami pesan yang terkandung dalam kitab suci ini. Al-quran merupakan kita suci yang mengandung sastra yang tinggi. Bahkan tidak ada satu manusia pun yang mampu menandingi kebahasaan dan kesastraan al-quran. Seperti dalam suatu kisah di zaman Nabi Muhammad, yang mana nabi Muhammad menantang orang-orang quraisy untuk membuat  1 surat yang mirip dengan al-quran, dan tidak ada satupun orang yang mampu membuatnya. Bahkan ahli sastra arab yang terkemuka pada zaman itu juga tidak mampu. Maka linguistic yang terkandung dalam  ini sangatlah tinggi. dengan linguistic al-quran yang indah  kita dapat mendengar ayat-ayat al-quran dengan nyahdu. Kebahasaan dalam al-quran juga sangat dijaga tanpa ada perubahan sampai kapanpun.
beberapa aspek utama dalam linguistik Al-Qur'an:
i. Sintaksis (Struktur Kalimat): Sintaksis mempelajari bagaimana kalimat dan susunan kata dalam Al-Qur'an dibentuk. Al-Qur'an sering menggunakan struktur kalimat yang berbeda dari kebiasaan dalam bahasa sehari-hari, seperti susunan kata yang terbalik atau pengulangan kata untuk memberi penekanan.
ii. Morfologi (Bentuk Kata): Kajian morfologi melihat bagaimana kata-kata dalam Al-Qur'an dibentuk, misalnya dari kata kerja menjadi kata benda atau kata sifat. Hal ini memberikan makna yang lebih mendalam dan variatif.
iii. Semantik (Makna Kata): Semantik berfokus pada makna kata-kata dalam Al-Qur'an, yang bisa berbeda-beda tergantung pada konteksnya. Misalnya, kata "cahaya" dalam Al-Qur'an bisa berarti cahaya fisik, tetapi juga bisa merujuk pada petunjuk hidup atau pengetahuan.
iv. Gaya Bahasa (Badi' dan Ma'ani): Al-Qur'an menggunakan berbagai gaya bahasa seperti metafora dan perumpamaan untuk menyampaikan pesan secara lebih indah dan mendalam. Hal ini membantu pembaca untuk merasakan keindahan dan mendalamnya ajaran Al-Qur'an.
v. Kohesi dan Koherensi: Kohesi mengacu pada keterkaitan antar kalimat atau ayat dalam Al-Qur'an, sedangkan koherensi lebih merujuk pada hubungan antar surah dan ayat secara keseluruhan. Ini membantu pesan Al-Qur'an tetap jelas dan saling terhubung.
vi. Tafsir Linguistik: Tafsir linguistik adalah penafsiran Al-Qur'an dengan menggunakan pendekatan bahasa. Dengan memahami bahasa yang digunakan dalam Al-Qur'an, kita bisa mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang makna ayat-ayatnya.
beberapa cabang ilmu kebahasaan yang terkait dengan Al-Qur'an:
1. Ilmu Tafsir:
Ilmu tafsir adalah ilmu yang mempelajari cara menafsirkan atau menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur'an. Dalam hal kebahasaan, tafsir menjelaskan bagaimana kata-kata dalam Al-Qur'an digunakan dan apa makna yang terkandung di dalamnya.
2. Ilmu Nahwu (Tata Bahasa):
Ilmu nahwu mempelajari aturan tata bahasa dalam bahasa Arab. Dalam konteks Al-Qur'an, ilmu ini membantu memahami bagaimana kata-kata dan kalimat disusun agar pesan dalam ayat bisa lebih dipahami.
3. Ilmu Sarf (Morfologi):
Ilmu sarf berkaitan dengan perubahan bentuk kata dalam bahasa Arab, misalnya kata kerja yang diubah menjadi kata benda atau kata sifat. Hal ini membantu kita memahami makna yang lebih dalam dari kata-kata yang digunakan dalam Al-Qur'an.
4. Ilmu Balaghah (Retorika dan Gaya Bahasa):
Ilmu balaghah mempelajari bagaimana Al-Qur'an menggunakan bahasa yang indah dan efektif, seperti perumpamaan, metafora, atau pengulangan untuk menekankan pesan. Ini menjelaskan bagaimana keindahan bahasa juga membawa makna yang mendalam.
5. Ilmu Qira'at (Cara Membaca Al-Qur'an):
Ilmu qira'at mempelajari cara-cara yang benar dalam membaca Al-Qur'an. Ada berbagai cara baca yang sah yang mempengaruhi makna ayat-ayat Al-Qur'an, dan ilmu ini penting untuk memahami cara yang tepat dalam membaca Al-Qur'an.
6. Ilmu Asbab al-Nuzul (Sebab-sebab Turunnya Ayat):
Ilmu ini mempelajari alasan atau konteks turunnya suatu ayat. Dengan mengetahui sebab-sebab tersebut, kita bisa lebih memahami makna ayat karena konteks sangat mempengaruhi pemahaman terhadapnya.
7. Ilmu Fiqh al-Lughah (Ilmu Bahasa dalam Konteks Hukum):
Ilmu ini mempelajari hubungan antara bahasa dalam Al-Qur'an dan hukum-hukum yang dijelaskan di dalamnya. Misalnya, bagaimana etika berbahasa atau cara berbicara yang benar menurut Al-Qur'an.
8. Ilmu Ilal al-Qur'an (Keunikan dalam Teks Al-Qur'an):
Ilmu ini mengkaji penggunaan bahasa yang tampaknya tidak biasa atau berbeda dalam Al-Qur'an, yang bertujuan untuk memberikan makna atau hikmah tertentu yang tidak langsung terlihat.
Â
Â
3. Hubungan antara linguistic dan epistemologi
Linguistic dengan epistemology memiliki keterkaitan yang signifikan. Dimana kedua hal ini dapat berhubungan dan menjadi satu kesatuan. Karena untuk dapat memahami dengan cara epistemologi ini harus melalui pemahaman linguitik. Karena Bahasa merupakan jembatan untuk berbagai ilmu pengetahuan. Kita tidak dapat memahami suatu ilmu tanpa memahami linguistic terlebih dahulu. Dalam keterkaitan islam dan sains terhadap linguistic secara epistemology dapat diartikan bahwa untuk memahami al-quran yang didalamnya banyak terkandung ilmu tentang sains harus diwali dengan pemahaman secara linguistic atau kebaasaan dari al-quran itu sendiri. Sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memahami al-quran dan kandungan didalam al-quran itu dapat dikembangkan menjadi berbagai macam keilmuan yang kontemporer. Seperti yang dapat kita lihat dari banyak ulama yang mampu mengintegrasikan islam dan sains ini dengan didasari pemahaman linguistic mampu menjadi ilmuwan hebat diberbagai bidang, seperti Al-Biruni, Ibn Sina, Ibnu Al-Haytam, dan Al-Zamakhshari. Dalam hal ini keterkaitan linguistic berdasarkan bayani, burhani, dan irfani adalah
Â
A. Integrasi bayani dan linguistic
Bayani menurapakan pemahaman sesuatu yang berdasarkan teks atau bukti. Pendekatan bayani ini melalui teks dan kebahasaan sehingga memunculkan suatu pemahaman. Kronologi ilmu Bayani dimulai sejak zaman Rasulullah SAW, di mana beliau menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an yang sulit dipahami oleh para sahabat. Setelah itu, para sahabat menafsirkan Al-Qur'an berdasarkan penjelasan yang diberikan Rasulullah melalui teks-teks yang ada. Generasi berikutnya, yaitu para tabi'in, mengumpulkan teks-teks dari Rasulullah dan sahabat dengan hati-hati, kemudian menambahkan penjelasan dalam tafsir mereka dengan menggunakan akal dan ijtihad, tetap berpedoman pada teks sebagai acuan utama. Proses penafsiran ini terus berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya, mereka memahami kebahasaan yang terdapat al-quran agar mencapai pada pemahaman yang sesuai mengikuti jejak yang telah ditinggalkan oleh pendahulunya. Dari pendekatan bayani ini mampu mengembangkan penafsiran-penafsiran yang sistematis dan eksplisit.
Integrasi linguistik dengan Bayani berarti memanfaatkan teori-teori bahasa untuk memahami struktur bahasa dalam teks, lalu menafsirkannya secara sistematis dan jelas. Dengan menggunakan analisis bahasa, kita bisa melihat bagaimana kata, kalimat, atau frasa tertentu digunakan untuk mengungkapkan makna yang lebih mendalam dalam teks. Ini juga melibatkan pemahaman konteks penggunaan bahasa, pemilihan kata, dan susunan kalimat yang dapat mempengaruhi cara kita menafsirkan teks tersebut. Misalnya, saat menafsirkan sebuah ayat Al-Qur'an, pendekatan Bayani akan fokus pada makna harfiah kata-kata dalam ayat itu. Ahli tafsir yang menggunakan pendekatan ini akan menganalisis teks dengan cermat, memperhatikan susunan kalimat, makna setiap kata, dan bagaimana kalimat tersebut berfungsi dalam konteks secara keseluruhan. Dengan menggunakan teknik analisis bahasa, seperti menganalisis struktur kata dan kalimat, mereka akan memastikan bahwa tafsir yang diberikan sesuai dengan maksud penggunaan bahasa dalam teks tersebut.
Dengan integrasi ini dapat memunculkan berbagai fan ilmu  seperti:
1. Ilmu nahwu: yaitu ilmu yang mempelajari perubahan harakat akhir kalimat yang mana hal ini sangat mempengaruhi terhapat makna setiap kalimat, kedudukan kalimat, dan kesastraan dalam sebuah kalimat. Untuk dapat memahami kitab-kitaab tafsir maupun berbagai kitab karang paara ulama, pembekalan ilmu nahwi ini sangatlah penting, karena dengan memahami ilmu nahwu dengan baik dan benar, kita dapat membca dan memahami Bahasa arab dengan benar. Keindahan linguistic dalam al-quran diantaranya juga karena harakat kalimatnya  yang tersususun secara sistematis. Â
Banyak sekali kitab kitab karangan ulama yang mengkaji mengenai kaedah kebahasaan al-quran dari segi nahwunya. Seperti kitab jurumiyyah, kitab alfiyah, kitab ibn aqil, kitab imrithi, dan masih banyak lagi. Di Indonesia pun banyak metode-metode kontemporer yang mengkaji kebahasaan al-quran. Seperti system pembelajaraan melalui kitab amtsilati, kitab al-miftah dll. Yang mana semua kajian ini bertujuan agar dapat memahami kebahasaan al-quran dengan baik dan benar.
2. Ilmu shorof= yaitu ilmu membahas tentang perubaahan kalimat. Ilmu ini sangat berpengaruh dengan makna dari sebuah kalimat. Perubahan dalam shorof memiliki karakteristik dalam sastra arab. Dan ilmu ini juga sangat oenting untuk memahami al-qura. Diantara kitab yang membahas tentang shorof yaitu kitab amtsilah tashrifiyyah, kitab Amtsilati, imrithi, alfiyah ibn malik, matan jurumiyah, dan al-maqshud fi al ilmu as-sharfi.
2. Ilmu balaghoh
Ilmu balaghoh adalah ilmu Ilmu Balaghah adalah cabang ilmu yang mempelajari cara menyampaikan pesan atau informasi dengan jelas, indah, dan efektif. Fokus utama dari ilmu ini adalah bagaimana menggunakan bahasa Arab dengan baik sesuai dengan situasi dan kondisinya, agar pesan yang disampaikan mudah dipahami dan dapat menarik perhatian pendengar atau pembaca. Ilmu Balaghah mengajarkan teknik-teknik bahasa yang bisa membuat komunikasi lebih efektif, baik dalam percakapan sehari-hari maupun dalam bentuk tulisan.
Ilmu Balaghah terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
* Ilmu Ma'ani: Mempelajari makna yang terkandung dalam suatu kalimat atau pernyataan.
* Ilmu Badi': Mengajarkan cara-cara menggunakan gaya bahasa yang indah dan menarik.
* Ilmu Bayn: Fokus pada bagaimana menggambarkan sesuatu dengan jelas dan menarik, sering kali menggunakan perbandingan atau metafora.
Â
3. Ilmu Tafsir adalah ilmu yang mempelajari cara memahami dan menjelaskan makna yang terkandung dalam Al-Qur'an. Tujuan utama dari ilmu ini adalah untuk menginterpretasikan wahyu Allah dengan benar, sesuai dengan konteks dan kaidah bahasa Arab yang tepat. Ilmu tafsir juga melibatkan pemahaman tentang latar belakang turunnya wahyu (asbab al-nuzul) serta metode-metode yang digunakan oleh para ulama untuk menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur'an. Ilmu ini sangat penting untuk membantu umat Islam memahami ajaran Al-Qur'an dengan benar dan agar terhindar dari salah tafsir terhadap ayat-ayatnya yang memiliki makna yang dalam dan berlapis. Dalam ilmu tafsir ini sangat memperhatikan linguistic yang terkandung didalam al-quran. Maka dengan itu banyak sekali bengatian settiap kalimat dalam ayat-ayat al-quran. Berbagai macam kitab ilmu tafsir diantaranya adalah kitab tafsir jalalain, tafsir al-tabari, al-qurtubi, tafsir al-razi, dan  tafsir ibn ktshir.
Â
4. Ilmu qiroaat
Ilmu qira'at adalah ilmu yang mempelajari berbagai cara yang sah dalam membaca Al-Qur'an, termasuk cara pengucapan huruf-huruf dan aturan tajwid yang benar. Dalam ilmu ini, terdapat beberapa variasi bacaan yang sah, yang semuanya berasal dari sumber yang sama, yakni ajaran Nabi Muhammad SAW. Meskipun ada perbedaan dalam pengucapan atau panjang pendeknya bacaan, makna dari ayat-ayat Al-Qur'an tetap tidak berubah.
Adapun sejarah lahirnya ilmu qirat ini mulai dari Setelah Al-Qur'an diturunkan, Nabi Muhammad SAW mengajarkan cara membaca kepada para sahabatnya. Setiap daerah dengan suku-suku Arab yang berbeda memiliki cara tersendiri dalam melafalkan Al-Qur'an, namun semuanya mengikuti aturan yang diajarkan Nabi. Dengan demikian, lahirlah berbagai variasi bacaan yang sah. Ada tujuh bacaan utama (qir't) yang diakui dalam ilmu ini, meskipun ada juga variasi lainnya. Beberapa bacaan yang paling dikenal adalah bacaan al-af an sim, yang merupakan bacaan yang paling umum dipakai, terutama di Indonesia, dan bacaan dari ulama lainnya seperti Ibn Kathr, al-Kis', dan lainnya
Â
B. Integrasi linguistic dengan burhani
Burhani merupakan pendekatan yang dilakukan secara rasio, yang memerlukan aktualisasi agar pemahaman agar dapat dipercaya. Pendekatan ini lebih mengandalkan pada bukti rasional agar dapat diterima secara logis. Integrasi linguistic dengan pendekatan burhani ini berpacu pada penggabungan Bahasa dengan pemikiran dan pandangan para ilmuan islam. Baik dalam konteks agama, ekonomi, social, budaya dan intelegen. Bahasa sebagai samara peyebaran agama, linguistic sangat penting untuk digunakan sebagai srana penyebaran agama.
* integrasi al-quran dengan retorika. Karena dengan Bahasa dan cara penyampaian yang baik terkait agama maka masyarkat akan lebih mudah untuk menerima suatu hal yang disampaikan. Â Dengan demikian kandungan dalam al-quran dan hadoist dapat difahami dan diterima oleh masyarakat lebih luas. Bahkan daapat mempengarhi mereka untuk mempelajari al-quran dan hadist lebih mendalam. Â
* Integrasi keragaman dengan retorika. Islam telah tersebar di berbagai belahan dunia dengan berbagai Bahasa. pemikiran burhani mengintegrasikan Bahasa digunakan untuk menyatukan antara berbagai orang dengan budaya yang berbeda-beda agar dapat saling memahami dan Bersatu. Dengan adanya berbagai gama juga dengan Bahasa ini mampu menciptakan dilog yang menimbulkan sebuah toleransi antar sesama.
Â
Â
C. Integrasi irfani dengan linguistic
Irfani merupakan pendekatan secara mistik atau rasa. Hal ini dapat diperoleh melalui pengalaman empiric, imuninatif dan spiritual. Integrasi irfani dengan linguistic ini menghubungkan pengetahuan spiritual dengn yang berkaitan dengan tasawuf, melalui Bahasa. Maka Bahasa ini dapat digunakan untuk menyampaikan pengalaman spiritual atau digunkan untuk memahami perihal mengenai aspek spiritual. Bahasa merupakan penghubung antara dunia fisik dan dunia spiritual. Digunakan untuk memahami diri sendiri dan ketuhanan. Dalam kehidupan orang muslim menggunakan Bahasa ini dengan dzikir, membaca al-quran, berdoa dan wirid, ini sebagai penghubung atau perantara antara diri dengan spiritual ketuhanannya. Â
Â
Â
Â