Pada era 2000-an, kultur "mania" sangat melekat pada suporter Indonesia. Kultur "mania" sendiri merupakan adaptasi dari kultur suporter Amerika Latin, yaitu barrabravas, yang diperkenalkan oleh pemain sepak bola asal Amerika Latin yang bermain di klub-klub Indonesia (Dipo Prasetya, 2023). Namun, budaya "mania," yang identik dengan mengenakan jersey tim kebanggaan, mulai ditinggalkan oleh generasi saat ini.
Lalu, apa itu kultur "mania" dalam dunia suporter? Menurut Dipo Prasetya (2023), kultur "mania" merujuk pada budaya kreatif yang berkembang dalam komunitas suporter sepak bola di Indonesia. Dimulai pada tahun 1990-an, kultur ini lahir dari semangat individu-individu yang membentuk kelompok untuk mendukung tim kebanggaan mereka dengan cara-cara unik dan kreatif. Mereka memperkenalkan elemen-elemen khas seperti meneriakkan chant (yel-yel), melakukan atraksi gerakan, membawa terompet, petasan, atau flare, sehingga menciptakan atmosfer dukungan yang meriah dan penuh semangat di stadion.
Dari sinilah muncul istilah "suporter kreatif," yang menggambarkan suporter dengan gaya dukungan yang tidak hanya berfokus pada kehadiran di stadion, tetapi juga pada aspek hiburan dan penyemangat bagi tim mereka. Beberapa kelompok besar yang menjadi pelopor kultur ini adalah The Jakmania (suporter Persija Jakarta), Aremania (suporter Arema Malang), dan Bonek Mania (suporter Persebaya Surabaya). Hingga kini, mereka menjadi contoh representasi kreativitas dan loyalitas suporter sepak bola di Indonesia.