Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Mendekap Malam, Mengais Harapan (Kukorbankan Diri Demi Generasi)

21 September 2010   12:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:05 107 0
Perjalanan wanita tuna susila yang menggantungkan asa pada malam,hanya cita-cita yang membuatnya bertahan,walau sebetulnya hati tak lagi sejalan,bayangan tak lagi sehaluan,namun aku harus bertahan demi buah hati yang selama ini jauh dari dekapan. Biarkan aku hidup bergelimang cacian dan makian ,karena kesemuanya itu merupakan peringatan yang kelak aku genggam dalam wadah Iman. " cerita diatas merupakan kisah seorang mantan pelacur yang tertuang dalam diary nya,yang kini aku pegang dalam genggaman.dia tak lain adalah ibuku sendiri" Ucap gadis sambil membasuh airmata dengan ujung busana muslimahnya. Gadis adalah seorang Aktivis untuk kaum pelacur,yang selama ini menjadi kaum Marginal,mereka hanya dianggap sebagai bangkai kehidupan,yang menebarkan aroma busuk moral,yang menusuk hidung para penggadai Iman.Gadis mendirikan rumah rehabilitasi moral yang mengentaskan pelacur dari kubangan hitam,tanpa mesti menelanjangi harga diri mereka,Mereka punya hati yang mesti kita mengerti,mengeapa mereka sampai terjerumus dalam kubangan dosa,kita tak perlu membasmi dengan kekerasan yang selama ini kita saksikan.kita hanya membenci profesinya tanpa harus mengesampingkan hak asasi. Gadis menjadi aktivis pelacur karena panggilan hati dan sejarah masa silam ibunya yang sempat bergelut dengan dunia malam. 'Ibu melakukannya karena terpaksa,dan semata-mata hanya ingin melihat anaknya bersekolah tinggi,dan akupun tak mengetahui profesi ibuku karena aku dititipkan pada nenek" terang gadis. dan akhirnya cita-cita ibu terwujud dengan menamatkan aku menjadi sarjana.Tapi sayang ibu tak mampu melihat anaknya menjadi sarjana karena Ibu tlah tiada dalam aksi pembakaran lokalisasi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun