Jahe merah mengandung senyawa kimia seperti flavonoid, fenol, minyak atsiri, dan tannin, yang dikenal memiliki sifat antimikroba. Senyawa fenolik seperti gingerol dan shogaol terbukti efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba dengan cara merusak dinding sel dan membran bakteri. Â
Â
Menurut penelitian Kukuh Munandar, ekstrak jahe merah dengan konsentrasi 80% menunjukkan daya hambat paling signifikan terhadap Streptococcus mutans, dengan rata-rata zona hambat sebesar 27,68 mm, dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih rendah atau kontrol etanol. Â
Â
Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Ekstrak jahe merah diuji pada tiga konsentrasi (20%, 40%, 80%) dan dibandingkan dengan etanol sebagai kontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi jahe merah, semakin besar daya hambatnya terhadap bakteri. Â
Â
Pemanfaatan mikrobiologi untuk mengintegrasikan bahan alami seperti jahe merah dalam industri makanan dapat mendukung: Â
1. Keamanan Pangan: Mengurangi risiko kontaminasi mikroba berbahaya. Â
2. Pengembangan Produk Baru: Meningkatkan nilai tambah bahan pangan tradisional. Â
3. Keberlanjutan: Menggunakan bahan alami yang lebih ramah lingkungan. Â
Â
Penelitian tentang ekstrak jahe merah menegaskan potensi besar bahan alami dalam mengendalikan mikroorganisme berbahaya, membuka jalan bagi inovasi dalam industri makanan dan kesehatan. Mikrobiologi, melalui eksplorasi bahan alami, terus mendukung upaya menciptakan pangan yang lebih aman dan berkualitas tinggi.