Seiring berjalannya waktu, Pak Warno harus menghadapi kenyataan pahit bahwa anak-anaknya telah tumbuh dewasa dan mengejar impian mereka sendiri lalu Istri nya harus meninggalkannya dari dunia ini. Rumah yang dahulu riuh oleh tawa dan cerita kini hanyalah saksi bisu dari waktu yang berlalu. Pak Warno harus menggenggam erat-erat kenangan yang mulai pudar, sementara kehampaan merajalela di dalam dinding rumahnya.
Setiap pagi, Pak Warno bangun untuk mempersiapkan jualannya yaitu berjualan nasi goreng keliling. Pak Warno melakukan kegiatan tersebut karena ia berkata "walaupun istri saya sudah tidak ada, dan anak-anak sedang mengejar impiannya masing-masing, saya harus tetap berjuang, saya harus tetap hidup" ucapnya.