Mohon tunggu...
Johan Avie
Johan Avie Mohon Tunggu... lainnya -

Penulis Bebas, Redaksi Tabloid SOROT, Redaksi Buletin Syahadah, PimRed LPM Nawaksara FH Unair, Peneliti Center for Marginalized Communities Studies(CMARs)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kenangan Pagi Ini

7 Januari 2013   01:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:26 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi ini, kenangan akan tetap menjadi kenangan. kehidupan mungkinkah seperti cerita keindahan cinta Adam dan Hawa? Tentu setiap manusia memiliki ceritanya sendiri. Terkadang cerita itu indah, terkadang justru hanya berakhir di tong sampah.

Kenangan tak pernah berakhir di tong sampah, ia akan terus hidup dalam pikiran dan hati setiap manusia. Seperti kata Sigmund Freud, "Setiap manusia memiliki alam bawah sadarnya sendiri." Tak seorangpun dapat mengontrol alam bawah sadarnya. Sama halnya dengan kenangan, yang tak pernah bisa dipilih-pilih mana yang akan dihapus dan mana yang tetap dipertahankan. Saat ini, aku tak menyangka kenangan tersebut muncul kembali di otakku Pernahkah kenangan itu muncul pada dirimu?

Pagi ini, Jophiel turun ke bumi untuk mengukir keindahan dalam kenangan setiap manusia,  dan Jibril membantunya dengan ucapan yang sangat bijaksana, "Kuberikan kenangan pada setiap manusia agar mereka bisa tersenyum dan bersedih." Ya, kesedihan dan kebahagiaan adalah dua hal yang sangat tipis perbedaannya. Mungkin hanya Jibril yang tahu perbedaan diantara dua situasi tersebut.

Pagi ini, bersamaan dengan terbitnya mentari, kita sadar bahwa masa depan pasti ada. Kita percaya bahwa masa depan bukan suratan takdir, tetapi kita sendiri yang akan menciptakannya. Kali ini aku harus setuju dengan kata-kata Marx, "Masa lalu yang menentukan masa kini, dan masa kini yang akan menentukan masa depan."

Masa depan tak pernah hilang, karena kiamat tak juga datang. Optimisme kehidupan manusia tentang masa depan selalu ditentukan oleh kenangan, meski kenangan itu buruk sekalipun. Mengingat setiap kenangan kita, membuatku selalu tegar menjalani kehidupan, menatap bunga-bunga yang akan mekar di taman eden suatu saat nanti.

Di antara basahnya tetesan embun pagi, aku terlarut dalam kenangan-kenangan indah itu. Aku ingin terus seperti ini, bermabuk-mabukan dengan kenangan itu. Meski jam dinding berdetak terus melewati setiap angkanya, aku tak peduli. Lama sudah rasanya kenangan itu tak pernah hadir di dalam hari-hariku. Aku tak ingin kenangan tersebut timbul-tenggelam tergerus tuntutan-tuntutan kontraktual. Semua kekuatanku akan kukerahkan untukmu hai kenanganku, agar kau tak lagi menghilang dari tubuhku, terus menyatu di dalam hatiku yang terdalam.

Surabaya, 7 Januari 2012, di tengah kehangatan pagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun