"Narcoleptic."
Julukan majalah The Economist untuk Gus Dur.
Itu terkait kebiasaan Gus  Dur yang nampak tertidur dalam suatu acara, tetapi begitu terbangun dirinya mampu menjawab secara tajam segala hal-ihwal yang ditanyakan para wartawan.
Paparan di atas tercakup dalam tulisan obituari majalah tersebut, yang ditulis setahun lalu itu. Tulisan itu membuat saya sadar betapa sangat sedikit yang telah saya ketahui tentang Gus Dur.
Kesadaran tersebut meruyak ketika saya memperoleh SMS (9/12/2010) dari Yogyakarta. Dari pengirim yang tidak saya kenal.
Nama pengirimnya : Sudaryanto. Mahasiswa S-2 Universitas Negeri Yogyakarta. Rupanya ia menemukan blog saya ini. "Kebetulan saya sedang menulis tesis tentang wacana humor Gus Dur. Kapan-kapan saya silaturahmi dengan panjenengan," tulisnya.
Saya terenyak.
Rasanya tidak banyak yang saya ketahui dari humor-humor Gus Dur. Saya hanya langsung teringat peristiwa yang terjadi pada tahun 1986. Tidak bosan saya selalu mengulang cerita ini, ketika memergokinya di toko buku Gramedia Blok M, tepatnya tanggal 25 Oktober 1986. Saat itu Gus Dur memberi saya sebuah riddle, teka-teki, cangkriman yang menjurus.
Di halaman dalam buku karya Mildred Meiers dan Jack Knapp, 5600 Jokes For All Occasions : Over 550 Subjects to Help You Entertain, Insult, and Amuse Any Audience (1980), buku yang saya beli saat itu, saya tuliskan cangkriman Gus Dur tersebut :
"Rambut wanita MANA yang paling lebat, paling hitam dan paling keriting ?" Itu tanya Gus Dur kepada saya.
Saya langsung tergelak. Sekaligus wajah saya pasti nampak bodoh, karena saat itu saya memang tidak tahu apa jawaban yang pasti. Syukurlah Gus Dur segera menimpali :
"Rambut wanita Papua Nugini."