Sebelumnya, saya mohon maaf kepada Pak Hendrik Riyanto. Tanggapan ini bukan untuk menunjukkan bahwa saya lebih cerdas, tapi saya mencoba melihat dari sudut pandang yang sedikit berbeda.
Salah satu alasan bahwa sinetron Uttaran di ANTV dianggap berbahaya bagi mindset anak adalah gadis baik-baik juga membenarkan untuk melawan ibu kandungnya?
Kalau berbicara bahaya atau tidak dari sikap negatif tersebut memang bahaya. Tapi itu masih relatif lebih mudah diatasi. Orang tua sebagai sensor terbaik - meminjam kata-kata Pak Hendrik, dapat membimbing anak agar tidak mencontohnya.
Kalau hanya film Uttaran saja yang dikatakan berbahaya, maka ini bisa juga mengarah pada diskriminasi karena film-film lain juga ada yang berbahaya, bahkan mengarah pada penghinaan agama tertentu.
Untuk menangkal sisi negatif dari film Uttaran, kita mungkin lebih mudah mengatakan: “Itu jangan dicontoh, tidak baik, ya Nak!”
“Bagaimana kalau seorang raja yang suka shalat, tapi memiliki isteri banyak dan tidak mampu mengatasi ilmu sihir dengan cara Islami? Ini cukup mengherankan bagi saya!”
Selain itu, acara-acara produk lokal juga tidak jauh tidak mendidiknya. Bagaimana “menyiksa” salah satu pemain dalam acara candaan? Bagaimana mengungkap masalah keluarga dan putus cinta di ranah publik? Ini juga bisa jadi masalah besar karena generasi muda bisa beranggapan bahwa mengumbar aib sendiri dan keluarga itu boleh, bahkan bisa dipertontonkan. Ini bahaya juga…!
Yang lebih berbahaya menurut saya adalah tontonan yang tampaknya positif, tapi sebenarnya negatif. Berikut ini beberapa contohnya:
1. Seorang tokoh agama berbicara tentang agama, tapi mengenakan baju mewah atau mempertontonkan barang-barang mewah miliknya
Dampaknya, para penonton menganggap biasa berbaju mahal dan berkendaraan bagus walaupun saudaranya miskin.
Ada yang beralasan bahwa baju mewahnya dipinjamkan oleh pihak desainer (endorse). Tapi masyarakat awam ada yang tidak sadar akan hal itu.