Di kesunyian malam ini, ku tuliskan untaian kata ini. Ku sampaikan pesan dari hati yang paling dalam untukmu seorang. Tiada maksud tak sopan, apalagi mempermainkan hatimu, mana berani berbuat demikian!
Ku duduk di pojok saung sawah menanti mentari pagi datang menghampiri sebagai pertanda tangan harus mulai bertemankan cangkul lagi selama seharian. Kain sarung masih erat menyelimuti tubuh hingga kepala sambil memijit tombol-tombol keyboard yang sudah usang hurufnya.
Namun, semoga saja angin malam tak malas menyampaikan surat ini untukmu walau harus menembus kegelapan malam.
Ayahmu telah mengenalkanmu lewat keunikan-keunikannya. Aku mengagumi seorang ayah yang penuh kesederhanaan dan tampak serius tidak kompromi pada korupsi. Meski sering dicaci, tapi tetap tegar untuk terus berkarya demi bangsa tercinta.
Ayahmu dianggap tidak mampu dan mudah didikte dalam menjalankan roda pemerintahan. Tapi beliau tidak gusar, beliau berikan jawaban dengan kerja nyata.
Komunikasinya yang fleksibel dan tidak so pejabat sudah ditunjukkan. Para pakar, seniman, bahkan tukang ojek sudah bisa berkomunikasi langsung di istana presiden. Dua jempol deh buat Pak Presiden!
Kalau dulu, mungkin yang merasakan kehadiran presiden itu cenderung pulau Jawa saja. Tapi kini, Papua pun tampak ikut merasakannya. Semoga ini pertanda kemakmuran untuk semua, Jawa dan luar Jawa.
Ibumu yang selalu tersenyum dan berbalut busana sederhana saat mendampingi ayah membuat hati ini tak tahan berprasangka: “Ibu dan ayahnya sebaik itu, mungkinkah puterinya sebaik itu juga?”
Sedikit demi sedikit, ku mengenali kakak dan adikmu di alam maya. Mereka berdua sudah menunjukkan keunikannya juga. Anak-anak presiden yang mulai mampu menaiki tangga terpopuler, tapi tidak nebeng pada kebesaran sang ayah.
Itu juga yang ku tangkap dari perilakumu yang tidak mau di-anak-presidenkan saat mengikuti tes CPNS dan ujian masuk S2. Semoga ini pertanda bahwa dikau akan menjadi Srikandi pujaan bangsa.
Indonesia sudah menantikan Kartini-Kartini masa kini yang berprestasi. Sebagian anak muda negeri ini sudah sangat mengkhawatirkan karena sudah terjajah gadget-gadget mewah di tangan. Sayangnya, mereka bermain gadget maksimal, tapi karya minimal!