Pada peringatan yang ke-78 tahun usia Republik tercinta, tampaknya semangat nasionalisme masih bertahan meskipun sering kali terkubur di antara polemik politik dan pertikaian trivial. Seakan-akan setiap tahun, rakyat menemukan keajaiban dalam hal bagaimana mereka dapat mengabaikan tumpukan masalah struktural dengan merayakan hari lahir negara ini. Sebuah keajaiban modern, jika Anda mau.Â
Tentu saja, seperti yang bisa diharapkan dari bangsa yang gemar menantang statistik, momen ini digunakan untuk mengenang para pahlawan yang melawan penjajah. Orang-orang hebat yang, dalam waktu luang mereka dari menghadapi penyakit menular dan kelaparan, berhasil mengusir musuh-musuh kolonial. Sungguh prestasi yang luar biasa, mengingat mereka tidak memiliki akses ke internet untuk membaca panduan tentang perang gerilya.Â
Dan tentu saja, tidak akan lengkap tanpa pidato patriotik yang mencatat betapa luar biasanya negeri ini. Setiap kata yang diucapkan dengan penuh rasa hormat, bahkan jika realitasnya seringkali tidak seindah yang digambarkan dalam retorika indah tersebut. Tetapi tentu saja, itulah seninya merayakan kemerdekaan---menciptakan ilusi kebahagiaan sementara sambil mengabaikan sejumlah realitas yang sulit dihadapi.
Tidak perlu dikatakan, semoga kita semua tetap bertekad untuk menggali makna yang lebih dalam di balik perayaan ini. Semoga negeri ini tetap maju, meskipun terkadang terhenti oleh kebijakan yang terasa lebih cocok untuk drama panggung daripada kemajuan nyata. Selamat HUT RI yang ke-78, semoga usia kebijaksanaan semakin meningkat seiring dengan usia negara ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H