Mohon tunggu...
Drs. Komar M.Hum.
Drs. Komar M.Hum. Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Al-Izhar dan Fasilitator Yayasan Cahaya Guru

Berbagi dan Menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Paradoks Yerusalem dan Gerakan Bela Palestina 17-12-17

17 Desember 2017   13:28 Diperbarui: 19 Desember 2017   04:32 3989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yerusalem: Kota Suci Berlumur Darah

Dalam buku yang sangat otoritatif,"The Biography of  Jerusalem", Simon Montefiore menuturkan bahwa sejarah Yerusalem adalah sejarah dunia, tapi juga kronika dari sebuah kota provinsi yang kering dan miskin di tengah perbukitan Yudea. Yerusalem dulu pernah dipandang sebagai pusat dunia, dan kini pandangan itu bahkan lebih tepat dari yang pernah terjadi sebelumnya. 

Pada akhir Juli 70 Masehi, Titus, putra Kaisar Roma Vesvasian, yang mengomandani pengepungan empat bulan atas Yerusalem, memerintahkan seluruh pasukannya bersiap-siap menyerbu Bukit Kuil saat fajar. Rupanya, esok harinya adalah tepat 500 tahun setelah Babylonia menghancurkan Yerusalem. Saat itu Titus mengomandani 60.000 tentara Romawi dan pasukan pendukung lokal untuk menghancurkan kota pembangkang itu. Di balik tembok kota, sekitar 500.000 orang Yahudi yang kelaparan masih hidup dengan kondisi mengenaskan.

Di sekeliling tembok, berserak pemandangan mengerikan yang mungkin menyerupai neraka. Ribuan mayat membusuk dipanggang teriknya sinar matahari. Bau busuknya yang menyengat tersebar ke seantero kota. Kawanan anjing dan srigala berpesta. Pada bulan-bulan sebelumnya, Titus memerintahkan seluruh tahanan dan para pembelot disalib. Lima ratus orang Yahudi disalib setiap hari. Bukit Zaitun dan perbukitan di sekitarnya penuh dengan salib, sehingga nyaris tidak ada lagi ruang tersisa, juga tidak ada pohon lagi untuk membuat salib. Tentara Titus sangat menikmati saat memaku para korban mereka di tiang penyaliban. Seluruh warga Yerusalem yang ketakutan, berusaha kabur sambil menelan uang-uang logam untuk menyembunyikan harta mereka, dengan harapan akan mengeluarkannya kembali ketika sudah aman dari kejaran tentara Romawi. Mereka berjalan dengan perut buncit, dan terkadang perut itu meledak sehingga tentara Romawi menemukan harta karun dari usus yang membusuk. Karena itu mereka membinasakan semua tahanan, mengeluarkan isi perut korban serta menggeledah ususnya dalam keadaan hidup. 

Pembantaian yang dilakukan oleh orang-orang Roma tersebut adalah hanya sekelumit dari rangkaian kekejaman selama 1000 tahun sebelumnya -ketika Raja Daud merebut Yerusalem untuk pertamakalinya-hingga rentang waktu 2000 tahun sesudahnya, yaitu zaman kita saat ini.

Kota Yerusalem kini menjadi fokus pertarungan antar agama-agama Ibrahimik, tempat suci bagi fundamentalisme Yahudi, Kristen dan Islam, arena pertempuran strategis benturan peradaban, garis depan konflik antara agama dan atheisme, pusat pesona sekuler, objek konspirasisme yang memabukan dan pencipta mitos internet, serta panggung gemerlap untuk kamera-kamera dunia dalam abad berita dua puluh empat jam. (Baca artikel saya tentang Banjir Nabi Nuh Abad 21) Kepentingan keagamaan, politik, dan media saling menyuapi untuk menjadikan Yerusalem tertelusuri lebih intensif, dibandingkan masa-masa sebelumnya.

Yerusalam adalah "Kota Suci", tetapi menjadi sarang tahayul dan kefanatikan, dambaan dan sasaran perebutan berbagai kekaisaran, walaupun tidak punya nilai strategis. Ia adalah rumah kosmopolitan bagi banyak sekte, yang masing-masing bersikukuh dan yakin bahwa kota itu hanya milik mereka. Sebuah kota dengan banyak nama dan tradisi, namun masing-masing sangat sektarian sehingga mereka menihilkan pihak lain. 

Yerusalem adalah sebuah tempat yang begitu menggoda, sehingga digambarkan dalam literatur sakral Yahudi dengan ciri-ciri feminin: "seorang perempuan yang selalu sensual, cantik, namun terkadang menjadi pelacur, terkadang menjadi seorang putri yang terluka ditinggal kekasih". 

Yerusalem adalah rumah "satu Tuhan", ibu kota dua bangsa, kuil tiga agama, dan ia satu-satunya kota, yang eksis dua kali: di langit dan di bumi. Ini adalah kota universal. Para nabi: Ibrahim, Daud, Yesus, dan Muhammad dikisahkan telah mengijakkan kaki di sana. Agama-agama Ibrahimik terlahir di sana, dan dunia juga akan berakhir di sana pada hari kiamat kelak. 

Ketika Bible diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, dan kemudian ke bahasa Latin dan Inggris, maka ia menjadi kitab universal. Setiap penguasa besar, bermimpi jadi seorang Daud. Setiap masyarakat istimewa adalah umat Israel baru, dan setiap peradaban luhur adalah sebuah Yerusalem baru, kota yang bukan milik siapa-siapa, yang ada untuk setiap orang dalam imajinasi mereka.

Inilah tragedi kota itu, di samping keajaibanya: setiap para pemimpi tentang Yerusalem, setiap penjiarah lintas sejarah, hingga para turis dan wartawan masa kini, yang datang dengan satu visi tentang Yerusalem yang otentik, namun kemudian merasakan kekecewaan pahit atas apa yang mereka temukan di sana. Sebuah kota yang terus berubah, yang timbul dan tenggelam, dibangun dan dihancurkan berkali-kali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun