Singaraja- Ketut Terima Ada lahir di Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng pada tanggal 29 Juni 1971, dia mempunyai anak 3. Sejak lulus SMA ia meneruskan budaya seni ukir pura bapaknya yang bernama Gede Sudia. Ia meneruskan usahanya sendiri dan mendalami budaya ukir. Tetapi ia ingin mengajak pemuda-pemuda agar tau tentang budaya seni ukir pura. " Saya ingin memperkenalkan budaya seni ukir pura di masyarakat terutama pemuda-pemuda yang memiliki bakat seniman". Ujarnya
Pada tahun 2010 ayah dari anak 3 ini melakukan kegiatan seni ukir pura. Ia mencoba untuk membangkitkan pemuda-pemuda. Untuk meneruskan budaya seni ukir pura. Ujarnya " karena pemuda-pemuda sekarang kebanyakan kurang tau tentang budaya seni ukir pura itu dan saya ingin pemuda-pemuda sekarang bangkitkan budaya seni ukir pura itu".
Seorang ayah dari 3 anak ini mempunyai bakat seni ukir pura. Dan saatnya ia memperlihatkan kemampuan seninya. Dengan tekad yang kuat ia mempunyai tempat usaha budaya seni ukir. Â Untuk para pemuda-pemuda yang mempunyai bakat seni ukir pura.
Seorang bapak yang sangat ramah dan baik sudah memiliki tempat kusus untuk praktek belajar mengukir pura . Bagi pemuda-pemuda yang mempunyai bakat mengukir di siapkan fasilitas nya. Uajrnya " saya mebuatkan fasilitas ini agar pemuda-pemuda dapat mendalami budaya di bali yaitu budaya seni ukir pura". Ia sangat beryukur mempunyai usah seni ukir pura karena dapat mengembangkan bakat-bakat seni kita.
Dengan kerja kerasnya suami dari ibu Ketut Dini Asih sudah mempunyai karyawan. Karya-karya yang di hasilakan ia sangat bagus. Dan ada pembeli dari luar desa terkesan karena hasil yang sangat bagus dan memuasakan. "Dengan adanya seni ukir pura membuat  saya bangga". Ujarnya
Anak dari bapak Gede sudia, seorang seniman mengukir pura ia sedang menggarap ukir pura dengan baik. Tetapi terkadang ia membuat dengan baik menurut prosesnya. Ujarnya " Saya membuat agar baik itu terkadang menggunakan pisau atau pahat". Tetapi hasil yang ia buat tidak pernah mengecewakan para pembeli.
Bapak Ketut Terima Ada  juga sering di panggil untuk membuat ukiran di pura-pura besar. Ia sangat luar biasa dengan semangatnya untuk melestarikan budaya seni ukir ini. Ia mempunyai bakat yang mengalir dari bapaknya. Ia sangat memperdalam budaya ini, dan memperlihatkan ke masyarakat agar pemuda-pemuda menruskan buday ukir pura tersebut.
Di saat bapak Ketut Terima Ada mengukir pura. Dia menggunakan alat-alat seperti waterpas, centong, pisau, pahat dan ada juga terbuat dari besi atau kayu seperti seleran. Ia mebuat dengan teliti dan sabar agar pura yang di hasilkan sangat bagus. "Dengan adanya budaya seni ukir pura ini saya bisa membangkitkan pemuda-pemuda di masyarakat agar pemuda-pemuda sekarang meneruskan buday seni ukir pura ini, dan saya sangat bangga memiliki bakat seni ukir pura".
Seorang bapak dari 3 anak ini membuat ukiran pura itu dengan berbagai jenis. Ia sudah mempunyai karya ukir pura yang banyak dengan model berbeda-beda. Ujarnya " saya sebagai seorang seniman sudah mempunyai banyak karya seni ukir pura tetapi karya yang saya buat berbeda-beda ada karya model karang manuk, patung, pelinggih, panoraksa dan lain sebagainya". Dia mempunyai bakat budaya seni ukir pura menjadian ia untuk bisa membanggakan kedua orangtuanya.
Dengan budaya seni ukir pura ini, Bapak Ketut Terima ada sering mendapatkan prestasi. Dengan bakat yang ia miliki ia sangat senang bisa membantu pemuda-pemuda di masyarakat yang mempunyai bakat seni ukir pura. Ia sangat bangga bisa membuat tempat untuk belajar mengukir untuk orang-orang yang mempunyai bakat seniman ukir. Saya bangga banget bisa meneruskan seni yang pernah bapak saya punya saya di sini sudah bisa menggapai cita-cita yang bapak dari dulu inginkan yaitu meneruskan bakat seniman ukir pura". UjarnyaSingaraja- Ketut Terima Ada lahir di Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng pada tanggal 29 Juni 1971, dia mempunyai anak 3. Sejak lulus SMA ia meneruskan budaya seni ukir pura bapaknya yang bernama Gede Sudia. Ia meneruskan usahanya sendiri dan mendalami budaya ukir. Tetapi ia ingin mengajak pemuda-pemuda agar tau tentang budaya seni ukir pura. " Saya ingin memperkenalkan budaya seni ukir pura di masyarakat terutama pemuda-pemuda yang memiliki bakat seniman". Ujarnya
Pada tahun 2010 ayah dari anak 3 ini melakukan kegiatan seni ukir pura. Ia mencoba untuk membangkitkan pemuda-pemuda. Untuk meneruskan budaya seni ukir pura. Ujarnya " karena pemuda-pemuda sekarang kebanyakan kurang tau tentang budaya seni ukir pura itu dan saya ingin pemuda-pemuda sekarang bangkitkan budaya seni ukir pura itu".