Mohon tunggu...
Komang Ari Adnyani
Komang Ari Adnyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Udayana

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Udayana

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pemanasan Global Mengancam Dunia, Bagaimana Upaya Masyarakat?

26 Oktober 2023   19:27 Diperbarui: 26 Oktober 2023   19:38 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemanasan global atau global warning adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Perubahan iklim ini bukan hanya terjadi di masa sekarang, namun di masa lalu juga pernah terjadi. Akan tetapi, perubahan iklim di masa sekarang lebih cepat terjadi dan bukan dikarenakan oleh faktor alamiah. Penyebab utama dari pemanasan iklim ini adalah pencemaran gas rumah kaca, terutama karbon dioksida (CO2) dan metana. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Dalam laporan terbaru, Fourth Assessment Report, yang dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), satu badan PBB yang terdiri dari 1.300 ilmuwan dari seluruh dunia, terungkap bahwa 90% aktivitas manusia selama 250 tahun terakhir inilah yang membuat planet kita semakin panas. Sejak Revolusi Industri, tingkat karbon dioksida beranjak naik mulai dari 280 ppm menjadi 379 ppm dalam 150 tahun terakhir. IPCC juga menyimpulkan bahwa 90% gas rumah kaca yang dihasilkan manusia, seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida, khususnya selama 50 tahun ini, telah secara drastis menaikkan suhu bumi. Sebelum masa industri, aktivitas manusia tidak banyak mengeluarkan gas rumah kaca, tetapi pertambahan penduduk, pembabatan hutan, industri peternakan, dan penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan gas rumah kaca di atmosfer bertambah banyak dan menyumbang pada pemanasan global.

Pemanasan global diperkirakan telah menyebabkan perubahan-perubahan sistem terhadap ekosistem di bumi, salah satunya adalah perubahan iklim yang ekstrem yang menyebabkan mencairnya tanah es di kutub utara yang sebelumnya selalu membeku, gurun pasir yang meluas, kebakaran liar yang terjadi secara umum, munculnya cuaca ekstrem seperti badai yang lebih intens dan kekeringan yang mengancam manusia dengan kelangkaan air dan makanan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut perubahan iklim sebagai ancaman terbesar bagi kesehatan global di abad ke-21, walaupun upaya untuk meminimalisir pemanasan di masa depan berhasil, beberapa efek akan terus berlanjut selama berabad-abad.

Melihat dampak pemanasan global yang kini semakin mengancam manusia, bagaimana upaya masyarakat ataupun pemerintah dalam menghadapi dan mengatasi hal ini? Dilansir dari laman liputan6.com, pemerintah telah berupaya untuk membangun RTH (Ruang Terbuka Hijau) di tengah-tengah perkotaan untuk menjaga keseimbangan dan menangani kualitas udara yang mulai memburuk di perkotaan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota, dan dijelaskan bahwa luas RTH dialokasikan 10% untuk RTH privat dan 20% lainnya untuk RTH publik. Meskipun begitu, kualitas udara tetap tak membaik terutama di wilayah Jabodetabek karena sektor transportasi yang menempati urutan tertinggi dalam penyumbang polutan.

Namun, terlepas dari upaya pemerintah untuk membangun RTH di wilayah perkotaan, masyarakat pun seharusnya ikut berpartisipasi dalam mengurangi dampak dari pemanasan global. Masyarakat harus mulai mengubah kebiasaan-kebiasaannya demi kesehatan bumi kita, misalnya dengan mendaur ulang sampah yang sulit terurai, membiasakan diri berjalan kaki atau berpergian dengan angkutan umum untuk mengurangi emisi karbon dari kendaraan pribadi atau gunakan kendaraan listrik, kontrol penggunaan listrik dan pastikan perangkat elektronik yang anda beli efisien dalam penggunaan energi. Meskipun hal-hal tersebut terkesan kecil dan sepele, tetapi jika dilakukan bersamaan dengan seluruh masyarakat akan membawa perubahan yang baik pada bumi kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun