"Gundul mu! Di toko buku, berapa ratus buku tiap bulan terbit? Kalau tidak ada yang baca, ngapain dijual sebanyak itu."
Begitu sergah Sapardi Djoko Damono ketika dicecar dengan pernyataan yang dia tidak setuju.
Wartawan: "Tapi minat baca buku jadi kurang. Sebab orang lebih suka menghabiskan waktu dengan ponsel pintarnya..."
Dalam sesi wawancara dengan wartawan Suara.com medio 24 Oktober 2016 lalu. Jauh sebelum Komalku Indonesia yang awal mulanya bernama Komalku Raya lahir.
Selengkapnya Sapardi mengatakan, "Gundul mu! Di toko buku, berapa ratus buku tiap bulan terbit? Kalau tidak ada yang baca, ngapain dijual sebanyak itu. Mengapa begitu banyak penerbit di Indonesia? Bahkan toko buku tiap bulan menerbitkan 50 judul buku. Siapa yang mau baca itu? Berapa penjualan buku."
Perkataan Sapardi itulah yang kemudian menginspirasi Komalku Indonesia ikut ambil bagian dalam gerakan literasi di Indonesia. Melalui workshop menulis baik offline maupun online. Atau mengampanyekan gerakan baca buku di beberapa daerah dengan mendukung buku bagi taman-taman baca. Hingga sekadar diskusi dan sharing literasi via grup atau bertemu muka.
Membukukan karya menjadi tujuan dari seluruh kegiatan Komalku Indonesia. Tidak untuk satu penerbit saja tapi untuk beberapa. Asal bisa membantu penulis mewujudkan buku sesuai keinginan dan kebutuhan penulis, Komalku Indonesia hadir untuk itu. Mayor atau indie, kami akan fasilitasi. Free atau berbayar, silahkan dipilih sesuai keinginan penulis.
Inspirasi Sapardi begitu kuatnya dalam tubuh Komalku Indonesia, hingga tak ada satu langkahpun keinginan mundur untuk menerbitkan karya. Karena kami yakin, buku akan terus diminati.
Setidaknya untuk dokumentasi karya pribadi dengan cetak paling sedikit sekalipun. Termasuk mengupayakan agar buku-buku yang terbit ber-ISBN, agar ada penghargaan terhadap karya intelektual penulis.
Kini Sapardi telah tiada. Duka ini mengguncang setiap nadi mereka yang mengaku penyuka sastra. Termasuk Komalku Indonesia, yang dalam perjalanannya telah menelurkan buku pertama antologi puisi "Kupu-Kupu Bersayap Pelangi". Buku ini adalah kumpulan karya dari beberapa anggota komunitas sebelum lahir karya-karya berikutnya.