Suatu ketika aku menyadari ada bagian keegoan dalam diriku dalam menuangkan pikiran dalam rangkaian kalimat yang tampak menyenangkan. Sebagai seorang penulis, aku dituntut untuk memainkan banyak peranan, banyak gaya tulisan sehingga mampu memberikan greget bagi pembaca.
Psikologi penulis awal yang kupelajari dan kulatih pertama kali adalah pembagian paradigm tentang bagaimana artikelku. Aku memiliki tiga sisi karakter dalam setiap ketikan huruf. Karakter pertama adalah kejujuran pada diriku sendiri. Artinya aku mengerti kekurangan dan kelebihan yang ada padaku saat menulis artikel. Karakter kedua adalah aku yang memakai topeng. Artinya aku ingin terlihat seperti apa bagi pembacaku. Dan ketiga adalah aku dimata pembaca. Artinya aku yang memakai topeng dan dilihat dari sudut pandang pembaca.
Contoh sederhananya seperti ini. Aku orang yang punya banyak teman dan pandai bersosialisasi (karakter pertama). Hal itu hanya aku yang tahu. Pembacaku tidak pernah tahu bagaimana psikologi sifat yang kumiliki. Kemudian dalam artikelku aku ingin pembaca menggangap aku seorang penyendiri (karakter kedua) maka aku akan memberikan gaya penulisan melankolis dengan tujuan agar pembaca secara tidak sadar menganggap aku tipe penyendiri. Dan yang ketiga, pandangan pembaca mengenai diriku. Jika mereka menggangap aku seorang penyendiri, maka dengan mudah mereka akan terhanyut dalam coretan pikiran rumitku. Jika mereka menggangap aku seorang yang sosialis, maka mereka akan kesulitan mengerti arti bahasa yang kugunakan.
Mungkin aku terlalu gila untuk merumuskan psikologi gila yang kuanut dalam berkarya. tapi itulah aku. Aku bisa membuat pembacaku mengerti seperti apa diriku. Begitu pula ketika aku membaca artikel orang lain. Aku mencoba menggambarkan bagaimana sifat penulis sehingga aku mampu dengan tepat memahami maksud dan tujuan penulis.
Dengan menggunakan metode rumit itu, aku bisa menjadi siapapun dalam artikelku. Aku mampu terlihat bringas, liar, menjemukan dalam satu artikel, tapi diartikel lain aku mampu terlihat santai, sopan dan sangat menyenangkan. Sebenarnya ini berguna sebagai kontrol emosi dalam kegiatan tulis menulis. Karena redaksi tidak pernah mau tahu bagaimana mood Anda, keadaan Anda, atau emosi Anda. Mereka hanya tahu Anda telah menyelesaikan artikel yang mereka butuhkan.
Semoga Anda mampu memahami apa yang kumaksudkan dalam artikelku ini. Jika Anda mengalami kesulitan dalam memahami maksud dan tujuan artikel ini, maka aku berharap Anda mau meluangkan waktu untuk membaca ulang artikel membingungkan ini. Terima kasih jika Anda mau membaca artikelku dan berusaha mengerti kerumitan pikiranku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H