Mohon tunggu...
Jackoo Brainstern
Jackoo Brainstern Mohon Tunggu... -

Penggemar filsafat yang suka menulis kritik, analisis ga jelas dan doyan komentar sesuka hati tanpa berpikir panjang.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fenomena Harga Sebuah Kursi Milyaran

18 Oktober 2011   21:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:47 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Namanya pakpol, seorang pembuat kursi legendaris. Konon, hargasatu kursi buatannya bisa mencapai ratusan juta. Bahkan milyaran. Pakpol sudah lahir sejak negara indonesia mengumandangkan kemerdekaan dan di akui oleh bangsa lain. Sewaktu indonesia masih baru merdeka, pakpol yang masih lugu bekerja untuk kemajuan tanah air tercinta indonesia. Ikut berjuang membentuk pemerintahan yang adil dan beradab. Tidak pernah sekalipun Ia berpikir untuk menjual kursi-kursi buatannya. Tapi sekarang, mengetahui betapa pentingnya kursi-kursi karyanya, pakpol sedikit jual mahal. Ia mengharuskan pembelinya memakai topeng-topeng yang menutupi wajah asli mereka agar orang lain tidak tahu menahu tentang kursi ajaib buatan pakpol.

Konon, kursi ini bisa mengantarkan seseorang untuk bisa terkenal. Bisa juga dipakai untuk ritual mendapatkan uang dengan instant. Itulah sebabnya harga kursi buatan pakpol teramat sangat mahal harganya. Pembelinya pun bukan orang kelas teri. Di depan etalase tokonya pakpol bahkan memasang pengumuman “orang miskin dilarang masuk” yang diplesetkan dengan kalimat “kami pakpol bekerja untuk orang miskin”.

Itulah pakpol, yang senang mengumbar janji.” Pakpol, boleh minta tolong untuk bisa mengingatkan pembeli-pembeli bertopeng supaya tidak tidur waktu memakai kursinya tidak?” tanya masyarakat kita.

Pakpolnya menjawab diplomatis “nunggu keputusan sidang, sabar ya bu, pak. Itu demi kebaikan bapak ibu”.

“Brengsek, keburu mati nih rakyat kecil nunggu kebijakan ga’ jelas” , masyarakat marah, geram dengan jawaban pakpol yang sok diplomatis.

Pakpol yang tidak mau kehilangan wibawanya dengan lugas menjawab “Wani Piro?”.

Masyarakat pun sadar diri, pakpol itu moto dhuwiten . terdiam. Menunggu keputusan. Dalam keadaan lapar. Tidak berdaya. Hanya sedikit bercelometan dengan seksama “Poli Tikus Itu Matre”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun