Ya . . . Jalak Bali itu memang Langka. Di alam liar burung endemic Bali ini memang langka. Konon jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Berbagai upaya pengembangbiakan di Taman Nasional Bali Barat sudah dilakukan, namun hasilnya belum memuaskan.
Tapi benarkah di Indonesia jumlah burung Jalak Bali memang menipis ? Kalau anda ingin mengetahui riilnya jumlah burung Jalak Bali ini datanglah ke Surakarta Jawa Tengah, terutama ke kota Solo dan Kabupaten Klaten. Maka kami jamin anda akan terperanjat dan terpukau “Wouw . . .”
Kenapa anda kita jamin bisa sampai terperanjat sedemikian kagetnya ? Karena anda akan dihadapkan pada kenyataan yang sangat berbeda dengan berbagai anggapan selama ini. Selama ini kita hanya dibikin terkaget-kaget dan prihatin plus ngelus dada oleh beragai pemberitaan media. Kok bisa ya burung eksotik endemic pulau Bali ini dan merupakan salah satu kekayaan hayati kita yang banyak diminati pakar perburungan dunia, jumlahnya tinggal sedikit. Mungkin begitu ungkapan yang sering kita ucapkan ketika mebaca berbagai pemberitaan berkaitan dengan kondisi Jalak Bali. Apa lagi CITIES yang ngurusi perdagangan hewan langka dunia, telah memasukkannya dalam daftar Apendix I sejak tahun 1970 yang berarti populasinya di alam gawat banget. Tambah terkaget-kagetlah kita.
Kembali ke pertanyaan kami: benarkah jumlah burung Jalak bali di Indonesia memang sudah menipis ????
Untuk menjawab pertanyaan ini kembali kami mengingatkan agar anda mendatangi Kota Solo dan Kabupaten Klaten. Mendatangi kedua tempat ini, anda kami jamin setelah dibuat terkaget-kaget akan dibuat sumringah dan kembali segar layaknya orang baru minum teh ginastel di saung kolibri. Karena di kedua tempat ini Jalak Bali bisa berkembang dengan layak. Bahkan sangat layak...sehingga dengan mudah dapat berkembang biak.
Sebagaimana kita ketahui usaha pemerintah dalam memulihkan keberadaan burung Jalak Bali ini sudah sedemikian gencar. Misalnya di Taman Nasional Bali Barat. Penangkaran yang tentu saja mengalokasikan budget dari APBN yang tidak sedikit itu hasilnya belum menggembirakan, maka selayaknya lembaga-lembaga terkait melirik penangkar-penangkar swasta seperti di kedua tempat tesebut. Jika memang statistic perkembangan Jalak bali di Taman Nasional Bali Barat menunjukkan perkembngan yang kurang menggembirakan, mungkin patut dipikirkan ulang apakah tidak sebaiknya jika pemerintah mengalihkan proyek ini ke penangkar-penangkar swasta seperti ini.
Para penangkar swasta kelas kampung ini dari sisi skills menangkar mereka sangat mumpuni, dedikasi mereka sudah terbukti dan hasil penangkaran mereka bisa dilihat. Maka jika ide mengalihkan penangkaran ini disetujui, dalam hal ini pemerintah tinggal memberikan bimbingan pengawasan saja. Pemerintah tidak usah repot-repot mendidik cara breeder yang bakal ditempatkan di tempat penangkaran pemerintah lagi seperti di Taman Nasional Bali Barat tersebut. Makah Kementerian Kehutanan dalam hal ini BKSDA maupun Kementerian Pertanian yang dalam hal ini dinas peternakan hanya perlu memberikan bimbingan dan pengawasan plus kucuran dana buat mereka. Maka insya’a Allah dalam waktu satu atau dua tahun ke depan perkembangan hasil penangkaran Jalak Bali di Indonesia akan melonjak tajam.
Namun yang terjadi sekarang ini justru terbalik. Perkembangan hasil penangkaran di Indonesia justru kalah dengan hasil penangkaran Jalak Bali di luar negeri seperti di Jerman, Singapura dan Jepang. Sementara Negara kita hanya menerima pengembalian dari mereka, sebagaimana yang terjadi pada tahun-tahun yang lalu.
Bradley T Gardner, Pendiri Yayasan Begawan yang bergerak dalam penangkaran Jalak Bali di Bandung mengatakan bahwa tahun 2011 yang lalu Indonesia menerima pengembalian burung Jalak Bali untuk dilepasliarkan di Pulau Bali sebanyak 23 ekor. Dari jumlah tersebut sebanyak 20 jalak di antaranya didatangkan dari Koelner Zoo di Jerman dan 3 jalak lainnya didatangkan dari Jurong Bird Park, Singapura.
Coba perhatikan kata Koelner zoo Jerman dan Jurong Bird Park Singapura. Terus terang saya membayangkan kata itu diterjemahkan ke dalam bahasa kita menjadi Kabupaten Klaten dan Kota Solo yang keduanya ada di Indonesia. Kata Koelner Zoo saya terjemahkan menjadi Kabupaten Klaten Indonesia dan Jurong Bird Park Singapura saya terjemahkan menjadi Kota Solo Indonesia.
Mengapa demikian ?