Mohon tunggu...
M. Tri Indarto Sholihin
M. Tri Indarto Sholihin Mohon Tunggu... -

Psychology UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Belajar menyukai apa yang tidak saya sukai !!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kita Hidup dalam ‘Lautan Kesadaran’

20 Desember 2013   07:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:43 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesadaran bukanlah tentang benar dan salah, bukan pula tentang baik dan buruk. Banyak yang bertanya kepada saya, semakin mereka mempelajari sesuatu, semakin mereka bingung memilah mana yang benar dan mana yang salah.

Benar menurut siapa, dan salah menurut siapa? Benar atau salah menurut satu paham, belum tentu menjadi benar atau salah menurut paham yang lainnya. Begitu pula baik dan buruk.

‘Membunuh’ apapun cara dan alasannya bila dilakukan di medan perang akan menjadi sesuatu yang baik dan benar. Namun bila dilakukan pada tetangga dan dalam keseharian anda, tentu saja akan menjadi hal yang buruk dan salah.

Kesadaran memang bukan masalah benar, salah, baik, atau buruk.

Benar, salah, baik, atau buruk, adalah tentang hasil representasi seseorang terhadap peristiwa yang ia tangkap. Dan hasil tersebut sangat dipengaruhi oleh sebuah belief system didalam dirinya. Ia besar di lingkungan apa, melalui agama apa, berbudaya apa, pendidikan, dan juga keluarga.

Saya mencontohkan kembali tentang ‘membunuh’

· Seseorang membunuh orang yang datang kerumahnya dengan kesadaran penuh karena orang tersebut mengancam dirinya dan ia sadar apabila ia tidak membela dirinya dengan membunuh orang tersebut, maka ia lah yang akan terbunuh.

· Seseorang membunuh orang yang datang kerumahnya tanpa kesadaran, karena ia hanya tersinggung egonya dan merasa dipermalukan harga dirinya.

Artinya, memang ada ‘kesadaran’ yang mengawasi kita. Kesadaran juga bukan logika. Saya bisa dengan sangat logis saat menulis, dan saya harus menggunakan logika ketika menulis supaya saya tahu ejaan dan tanda baca yang benar. Namun pada saat menulis, saya bisa dengan kesadaran ataupun tidak. Artinya dengan kesadaran penuh, maka saya dituntun untuk menikmati saat-saat menulis dan sadar sepenuhnya apa yang saya tulis.

Bila saya menulis tanpa kesadaran, saya hanya menuruti ego yang harus saya luapkan dalam bentuk tulisan.

Kita hidup dalam ‘lautan kesadaran’

Kita sedang berenang di dalamnya, dalam kesadaran yang sangat luas di alam raya ini.

Apakah kesadaran mengenal baik, buruk, benar, dan salah?

Kesadaran akan menuntun seseorang untuk bertindak yang tepat sesuai masa saat ia melakukan tindakan tersebut. Perkara itu baik atau buruk, benar atau salah, tergantung dari system representasi dirinya memahami sebuah peristiwa yang hadir dalam hidupnya.

Apakah tindakan ‘memperkosa’ bisa dibenarkan, bila ia meyakini itu benar sesuai belief system dirinya?

Mari kita lihat! Kita tidak memandang dari sisi benar, salah atau baik dan buruk.

Pertanyaannya adalah: Sadarkah tindakan memperkosa tersebut? Menyadari tindakan memperkosa adalah menyadari semua akibat yang ditimbulkan dari tindakan tersebut. Bila jawaban dalam diri pemerkosa adalah, ‘saya nggak peduli masa depannya, saya nggak peduli siapa dia, yang penting saya puas karena saya sangat ingin saat itu’ – artinya ia melakukan tanpa kesadaran dirinya. Kesadarannya tidak di dengarkan pada saat tindakan itu ia putuskan.

Satu lagi,

Seseorang melakukan tindakan penggelapan uang. Apakah ia menggelapkan uang dengan penuh kesadarannya?

Ada dua alasan yang terlihat berbeda, namun kenyataannya sama:

1.Saya menggelapkan uang karena anak saya butuh biaya sekolah

2.Saya menggelapkan uang karena untuk memenuhi tingginya life style saya.

Alasan pertama terlihat melankolis dan terlihat masih bisa diterima oleh sebagian orang, dan alasan kedua sama sekali tidak diterima oleh orang manapun. Namun kedua alasan tersebut tetap menyimpan ego untuk memuaskan dirinya sendiri.

Bila seseorang berkesadaran penuh saat itu, ia akan sadar dampak dari penggelapan uang. Baik dampak bagi dirinya, instansi yang digelapkan, kerugian yang ditimbulkan.

Banyak orang yang masih bisa melakukan ‘sebuah pembenaran’ dari tindakannya. Ia kawin lagi karena membenarkan bahwa kawin lagi adalah dicontohkan juga dalam agamanya dan itu sah. Namun apakah tindakannya penuh dengan kesadaran? Apakah ia sadar dari semua dampak yang dilakukannya?

Kesadaran bukanlah pembenaran dari tindakan ego untuk memuaskan diri.

Kesadaran bukan pula soal dosa dan pahala

Kenapa dosa dan pahala ‘harus’ ada? Karena manusia belum bisa bertindak dengan kesadarannya. Bila belum, tentu harus diberikan rambu-rambu tentang hal tersebut. Namun jangan terjebak dengan dosa dan pahala, karena yang berperan adalah kesadaran.

Apakah berkesadaran adalah hal yang berpahala? Dan apakah sudah tentu tindakan berkesadaran adalah tindakan yang jauh dari dosa?

Sekali lagi bahwa kesadaran bukan soal dosa dan pahala. Kesadaran yang mengawasi tindakan untuk bertindak ‘tepat’ pada saat itu.

Orang yang penuh kesadaran, dalam setiap tindakan, akan menyadari sepenuhnya tentang akibat-akibat yang ditimbulkan dari tindakannya saat itu. Ia menyadari penuh adanya aksi-reaksi di alam semesta, dan ia akan memilih tindakan yang tidak merugikan orang lain, tidak menyakitkan orang lain, bahkan bermanfaat dan berdaya guna bagi sesama.

Melatih kesadaran adalah melatih setiap tindakan yang kita lakukan. Dari menyadari saat kita berjalan, berbicara, makan, memutuskan sesuatu. Apakah dampaknya semua tindakan itu, saat itu? Bila tindakan itu merugikan orang lain, menyakitkan orang lain, apakah keputusan kita saat itu? Apakah kita akan terus melakukannya karena ‘pembenaran’ dan ego pribadi?

Saat itu, siapa yang menguasai kita? Perasaan kita, pikiran logis kita, ego yang mau dipuaskan, ataukah kesadaran?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun