Maskapai flag carrier Garuda Indonesia akan melakukan merger anak perusahaanya yaitu Citilink dengan maskapai Pelita Air, prosesnya dikabarkan sudah berjalan dan diharapkan selesai pada akhir tahun ini.
Jika grup lain mendirikan maskapai baru dan membeli pesawat obralan pihak leasing untuk tetap mempertahankan pangsa pasarnya pasca pandemi dan pasca pengembalian pesawat pesawat mereka ke pihak leasing, grup plat merah ini melakukan langkah yang berbeda--apabila memang tujuan merger ini juga sama dengan grup lain tersebut.
Merger ini dilakukan tidak lama setelah Garuda Indonesia terselamatkan untuk kesekian kalinya atau tepatnya ketiga kalinya mendapatkan suntikan dana dari negara, suntikan dana ketiga adalah didapat dipenghujung Pandemi yang lalu.
Sudah sehat kah Garuda Indonesia hingga mampu melakukan merger atau apakah merger memang perlu dilakukan sebagai pengobatan untuk dapat sehat betul?
Pertanyaan lain yang mungkin bisa timbul juga adalah waktu nya dimana terjadi saat akhir akhir masa pemerintahan berakhir, ini mengingat Garuda Indonesia dan Pelita Air sama sama merupakan Badan Usaha Mililk Negara (BUMN).
Namun mari kita hanya sekadar bertanya tanpa ingin menjawabnya dengan dasar pertumbuhan industri penerbangan jauh lebih penting dari segala pertanyaan sebagai reaksi dari merger ini.
Pelita Air merupakan anak perusahaan dari Pertamina yang mulai terjun ke penerbangan niaga berjadwal pada bulan April 2022 yang lalu.
Sebelumnya maskapai ini merupakan maskapai charter yang menyewakan pesawat pesawat dalam armadanya kepada pihak lain, utamanya perusahaan yang bergerak di bidang perminyakan.
Dengan mengatakan ini maka Pelita Air dapat dikatakan sudah berpengalaman dalam menjalankan usaha penyewaan pesawat, namun jika kemudian mereka memutuskan untuk masuk ke penerbangan berjadwal maka sangat wajar mempertanyakan akan latar belakangnya.
Pelita Air sebenarnya bisa menjadi leisure airline karena Pelita Air memiliki pengalaman yang banyak dan panjang pada penerbangan charter dahulunya, hanya saja jika dahulu bidikan pelanggannya ada pada jalur bisnis maka kini perlu juga membidik pelanggan di jalur leisure sebagai bidikan utamanya.