Kebakaran di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) memasuki hari kelima. Berbagai usaha pemadaman terus dilakukan, baik melalui darat maupun udara. Pemadaman kebakaran melalui udara atau dikenal dengan sebutan aerial firefighting atau waterbombing dikabarkan dilakukan dengan menggunakan helikopter milik BNPB (Kompas.com 11/9/23).
Kebakaran ini bermula dari asap flare yang digunakan pada pemotretan pre-wedding di area taman nasional yang dikabarkan juga tidak melalui izin sebelumnya. Namun, mari kita melihat dari semakin luasnya kebakaran ini yang setidaknya menimbulkan pertanyaan seberapa siap kita sebagai negara yang memiliki hutan dan taman nasional yang cukup banyak ini dalam menghadapi kebakaran hutan?
Di darat, terutama di perkotaan, kita mengenal dinas pemadam kebakaran dengan kendaraan khusus yang memang didesain untuk memadamkan kebakaran. Bagaimana dengan kebakaran hutan dan taman nasional, apakah ada dinas kebarakan hutan?
Meskipun kebakaran juga merupakan bencana di mana pihak Badan Nasional Penanggulan Bencana menjadi garda terdepannya, penanganan kebakaran membutuhkan peralatan khusus dan personel terlatih agar pemadaman kebakaran dapat dilakukan secara efektif.
Ketika area kebakaran hutan ataupun taman nasional sulit diakses dengan kendaraan darat, satu-satunya cara adalah lewat udara dengan pesawat, baik yang bersayap tetap (air tanker) ataupun pesawat bersayap putar (heli tanker). Selain pesawat melakukan waterbombing, juga ada penerjunan personel pemadam kebakaran, yaitu smokejumper dari pesawat bersayap tetap serta ada rappeller dari rotorcraft atau helikopter.
Pengoperasian pesawatnya maupun pemadaman dari darat memerlukan teknik khusus agar dapat efektif. Oleh karena itu, diperlukan juga sumber daya, baik peralatan dan perlengkapan maupun sumber daya manusianya, yang mumpuni agar secara efektif memadamkan kebakaran hutan ataupun taman nasional kita.
Presisi pada penjatuhan bom dengan pesawat pengebom militer sangatlah berbeda dengan waterbombing. Pada penjatuhan bom presisi terletak pada titik kordinat, sedangkan pada waterbombing terletak pada sebaran (spray) air atau zat-zat pemadam kebakaran pada area atau spot kebakaran sehingga teknik dropping-nya juga berbeda.
Koordinasi dengan pihak yang memonitor keadaan dan kondisi cuaca juga sangat diperlukan karena dalam operasinya pesawat akan terbang rendah dan kecepatan yang tidak cepat. Hembusan angin kencang ataupun turbulensi dapat membahayakan pesawat bersayap tetap yang terbang rendah dan dalam kecepatan rendah, juga pada rotorcraft atau helikopter saat hoovering.
Sebuah pesawat angkut Lockheed Martin C 130 Hercules jatuh setelah mengalami stalled saat melakukan dropping agen pemadaman kebakaran (retardant) di Australia beberapa tahun yang lalu. Kecelakaan ini mengakibatkan tewasnya 3 kru pesawat.
Jenis dan Tipe Pesawat
Dalam perkembangannya, berbagai tipe dan jenis pesawat, baik bersayap tetap maupun bersayap putar, telah diterjunkan dalam operasi pemadaman kebakaran hutan mulai dari pesawat airliner seperti Boeing B 737 Dc 10 hingga pesawat kargo militer C 130 Hercules serta helikopter khusus pemadam kebakaran, yaitu Sikorsky S 70 Firehawk yang versi militernya dikenal dengan UH-60 Blackhawk.