Semakin tinggi pendapatan mereka semakin sedikit jumlah dari mereka yang berarti pula semakin sedikit jumlah bidikan kita, mungkin kemudian ada pendapat bahwa jumlah total belanja mereka lah yang kita bidik.Â
Untuk pendapat ini, penulis mencoba untuk menjawabnya di tulisan ini pula.Â
Namun untuk memulainya mari kita bertanya, apakah kita sudah benar benar siapa saja yang masuk dalam bidikan kita, apakah mereka yang dari kalangan pebisnis, bangsawan, sosialita atau selebritas papan atas?Â
Apakah kita sudah mengenal betul karateristk dan preferensi dari setiap individu yang kita bidik, besar pembelanjaan yang akan mereka akan keluarkan dan lainnya? apabila sudah, atas dasar apa, apakah hanya berdasarkan daftar pertanyaan yang diajukan sebelum mereka datang atau dengan melacak sejarah liburan mereka?Â
Apakah kita juga yakin bahwa segala bentuk kemewahan fasilitas dan kegiatan adalah yang mereka butuhkan dalam berlibur?, ada yang menginap di sebuah resort yang jauh dari keramaian serta ada yang menyewa kapal pinisi untuk berlayar.
Jika kita melihat ke belakang, kita bisa melihat sudah banyak selebritas papan atas dunia yang berlibur ke Indonesia - - ada yang yang tidak terekspos media tapi juga ada yang tidak terekspos sama sekali.Â
Mereka yang terekspos keberadaannya karena mereka sendiri yang memposting keberadaannya di media sosial, sedangkan mereka yang tidak terekspos karena para penyedia layanan wisatanya yang menjaga privasi tamunya.Â
Namun ada sebagaian dari mereka dengan pendapatan diatas rata-rata hingga ultra high yang pada dasarnya sama dengan wisatawan di segmen lainnya, mereka juga mencari pengalaman baru dengan melihat dan mengalami hal hal baru yang belum pernah ada dalam kehidupan mereka.Â
Kelokalan, keaslian dan keunikan lah yang seharusnya kita tawarkan kepada mereka, sama dengan apa yang kita tawarkan kepada wisatawan di segmen lainnya.Â
Bukankah.ketiga hal itu merupakan dasar dari pariwisata? mengapa kemudian kita menawarkan yang sebenarnya mereka tidak butuhkan?Â
Mermang benar mereka mungkin masih membutuhkan standar layanan dan fasilitas yang sesuai dengan gaya hidup mereka tapi ini bukan berarti pula menjadi dasar pemberlakukan segala wacana yang terkesan memberikan prioritas kepada mereka dalam konteks pengembangan destinasi wisata kita.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!