Beberapa dari kita mungkin tidak menyadari bahwa kursi pada pesawat penumpang semakin lama semakin menyempit baik dalam hal lebar kursi maupun jarak kursi antar row (seat pitch).
Padahal kenyamanan bagi penumpang salah satunya adalah kursi yang berupa kenyamanan pada sandaran, rebahan dan ruang gerak kaki.
Sandaran dan rebahan akan tergantung pda ketebalan bantalan pada sandaran dan lebat kursi sedangkan gerakan kaki pada jarak antar kursi di depannya (seat pitch).
Lebar kursi akan dipengaruhi oleh luas kabin sedangkan jarak kursi dipengaruhi oleh panjang kabin dari setiap jenis dan ukuran pesawat mulai sedang (narrowbody) hingga lebar (widebody).
Mari kita melihat perkembangan kursi pesawat dari masa ke masa pada beberapa pesawat.
Pesawat penumpang jet B 747 pada awalnya terdiri dari 9 deret kursi (3-4-2 dan atau 2-5-2) namun kemudian menjadi 10 deret (3-4-3) serta dari 34 inch pitch menjadi 32 inch dan bahkan 31 inch sehingga ruang untuk kaki penumpang menjadi kian sempit.
Sedangkan pesawat penunpang jet pertama yang sukses yaitu pesawat Boeing B 707 pada awalnya terdiri dari lima deret  kursi sebelum menjadi enam deret kursi saat kelas penerbangan tourist atau tourist class yang diperkenalkan oleh maskapai PanAm  pada awal tahun 1950 an.
Sebagai perbandingan antara keluarga Boeing B 737 dimana luas kabinnya adalah 3,53 meter dan B 707 seluas 3,56 meter dengan sama sama menerapkan konfigurasi 6 deret kursi maka bisa tergambar semakin sempitnya lebar kursi pesawat dari waktu ke waktu.
Konfigurasi abreast atau deret kursi ini bisa menjadi selling point selain dari fitur lainnya seperti daya jelajah, efisiensi bahan bakar dan lainnya, karena dengan banyaknya kapasitas kursi yang dapat disediakan oleh maskapai.
Bagi penumpang, kenyamanan duduk bukan hanya terletak pada reclining (rebahan) saja tetapi juga pada kaki (legroom) sehingga baik lebar kursi maupun jarak kursi antar row (pitch), dengan berkurangnya itu semua pastinya mempengaruhi kenyamanan terutama pada kelas ekonomi dalam penerbangan jarak jauh.