Dan ketika mereka mendengar deruan mesin pesawat mendarat, itu dapat menandakan tibanya susu bagi para balita, tibanya bahan pokok kebutuhan sehari hari lainnya, dan juga dapat menandakan tibanya petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang tak tersedia. Deruan mesin pesawat adalah senyum dan rasa bahagia mereka
Namun ketika deruan mesin tak lagi sering terdengar karena berkurangnya frekuensi penerbangan atau bahkan menghilang karena tidak ada lagi pesawat yang melayani penerbangan, maka hilang pula senyuman dan kebahagiaan mereka itu.
Sehingga tidak berlebihan jika mereka memberikan perhatian mendalam pada transportasi udara baik pada pengoperasian lapangan udaranya maupun pada pengoperasian pesawat.
Karena dengan adanya pelayanan transportasi udara kehidupan mereka dapat terus berlangsung. Singkat kata, transportasi udara menjadi roda perekonomian mereka serta membuat mereka tetap terjaga kesehatannya.
Pada sisi transportasi udara itu sendiri diperlukan adanya lapangan terbang dan pesawat, tanpa ada salah satunya maka keberadaan salah satu lainnya menjadi tidak lagi membawa manfaat ekonomi dan sosial, begitu pula bila terjadi pengurangan operasional dari salah satunya yang juga akan mengurangi manfaat tersebut.
Inilah yang kini dihadapi masyarakat Beoga setelah salah satu pesawat yang melayani penerbangan ke dan dari Beoga mengalami kecelakaan yang mengakibatkan patahnya sayap pesawat, apakah masih dapat diperbaiki atau tidak, masih menunggu informasi dari pihak operator pesawat.
Namun jika pada akhirnya pesawat tidak dapat diperbaikki (beyond repair) walaupun menurut situs Twin Otter World, kerusakaan pesawat masih bisa diperbaikki (repairable), maka akan terjadi pengurangan pelayanan penerbangan bila frekueensi penerbangan jika tidak ada pesawat pengganti untuk melayani penerbangan yang berkurang tersebut.
Bagaimana penerbangan perintis saat ini dan ke depannya di Indonesia?
Bersambung...
Referensi:
- kompas.com
- twinotterworld.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H