Tahun 2022 tidaklah seburuk dua tahun sebelumnya ketika pandemi masih pada puncaknya yang membawa dampak terburuk dan  tantangan terberat bagi dunia penerbangan.
Proses recovery atau pemulihan sudah terlihat di tahun ini dengan meningkatnya jumlah permintaan dari para pelaku perjalanan udara di berbagai belahan dunia dan bahkan pada hari hari besar menunjukan adanya lonjakan.
Pada sisi operator yaitu maskapai, proses pemulihan bisa berlangsung lancar namun beberapa dari mereka harus melalui proses pemulihan yang tidak ringan baik untuk mereaktivasi operasional mereka maupun mengembalikan keadaan perusahaan mereka seperti sebelum pandemi.
Proses reaktivasi yang seharusnya mengaktifkan kembali frekwensi penerbangan dan kapasitas kursi tidak dapat sepenuhnya dilakukan oleh beberapa maskapai khususnya yang telah mengembalikan sebagian pesawat dalam armadanya kepada pihak leasing.
Akibatnya ada beberapa frekwensi penerbangan berkurang dan mungkin justru rute penerbangan ke beberqpa tujuan tidak lagi tersedia, serta ketersediaan kursi yang berkurang pada rute rute penerbangan yang tetap masih mereka layani.
Mulai kembalinya para pelaku perjalanan adalah sebuah indikasi positif akan tetapi tidak bisa sepenuhnya dapat diakomodir oleh beberapa maskapai karena adanya keadaan tersebut diatas.
Tantangan maskapai juga bertambah yang diakibatkan karena kekurangan staf baik udara maupun darat yang membawa dampak pada layanan penumpang seperti penanganan bagasi yang terjadi di beberapa bandara didunia.
Sehingga proses reaktivasi yang sebenarnya bertujuan untuk mengembalikan posisi maskapai kepada posisi sebelum pandemi kini bertambah dengan proses penyesuaian atau konsidasi.
Perang Rusia--Ukraina menambah tantangan yang cukup berat bagi maskapai dimana harga minyak mentah mengalami kenaikkan karena adanya sanksi terhadap Rusia yang termasuk pada supply minyak mentah dari Rusia, sebagai akibatnya ketersediaan bahan baku avtur pun berkurang dan mengakibatkan kenaikkan pada harga avtur.