Dukungan tidak hanya besifat seremonial saja berupa kunjungan dari pejabat atau pidato tentang wisata berkelanjutan, namun lebih dari itu semua seperti kesempatan yang sama, kemudahan mendapatkan modal dari institusi perbankan berupa pinjaman pariwisata misalnya.
Ada pula kecenderungan untuk meraup keuntungan yang besar dan cepat akan tetapi jika kita selalu mengatakan bahwa kita sangat berkomitmen untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism maka kita seharusnya sadar bahwa kita sedang dalam berinvestasi jangka (sangat) panjang yang hasilnya tidak saja akan dinikmati oleh satu atau dua generasi saja melainkan generasi seterusnya dan seterusnya.
Mudah mudah an tidak ada lagi pemberian ijin pengembangan kawasan kepada investor yang tidak berkomitmen penuh sepeeti apa yang terjadi di Kepulauan Widi dan lokasi lainnya.
Mudah mudahan tidak ada lagi.pembangunan di hutan konservasi dengan masker konservasi yang justru akan me trigger penebangan pohon secara liar oleh beberapa orang karena mereka menganggap bukan mereka saja yang merusak lingkungan.
Mudah mudahan tidak ada lagi bangunan dengan label premium (atau di premium kan ?) dengan dalih untuk memberikan pelayanan lebih kepada wisatawan disaat sebenarnya pelayanan yang diharapkan oleh wisatawan adalah justru ingin mendekatkan dan menyatu dengan alam.
Wisata konservasi adalah untuk saling membagi kepentingan dan tujuan bersama dengan wisatawan yang sangat memperhatikan kelangsungan kehidupan di bumi serta memberikan pemahaman kepada wisatawan dan masyarakat umumnya.
Mudah mudahan  tidak ada lagi ekspolitasi sumber daya alam seperti penyajian kuliner dengan fauna dan flora dengan berlebihan ataupun yang justru harus dilindungi.
Generasi mendatang akan masih dapat melihat ikan paus, lumba lumba dan penyu serta fauna lainnya hidup bersama penghuni lainnya di rumah mereka yaitu alam.
Pariwiaata seharusnya menjadi investasi yang sebenarnya bagi kehidupan masyarakat baik lokal (host) maupun dunia (tourist) bukan sebagai lahan ataupun ladang pendapatan instan, tidak ada ladang yang dalam sekejap membuahkan hasil tanamnya, tidak ada ternak ataupun penangkaran yang dapat menambah populasi jumlah fauna.
Mengembangkan wisata green, eco maupun blue tourism bukanlah untuk membangun kota ataupun metropolitan namun untuk membuat kita semua kembali ke alam, bukan hanya secara fisik dengan kunjungan tetapi juga kesadaran bahwa kita hidup di bumi dimana alam menjadi sumber kehidupan.
Manusia bukan satu satunya makhluk yang menghuninya, ada fauna dan flora yang menjadikan alam sebagai sumber kehidupan mereka.