Pepatah yang mengatakan bahwa industri pariwisata tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi kini mungkin kini sedang dipertanyakan oleh beberapa wisatawan dengan melihat keadaan yang terjadi saat ini dimana walau para wisatawan sudah ada yang memulai perjalanan wisatanya namun jumlahnya belum lah sama dengan sebelum pandemi.
Dilain sisi juga ada pepatah yang mengatakan bahwa pariwisata dan aviasi adalah dua industri yang saling mempengaruhi, pepatah ini seperti nya ada benarnya -- tidak hanya salling mempengaruhi saat menanjak tetapi juga saat menurun.
Apa yang sedang terjadi saat ini dimana pariwisata belum sepenuhnya kembali normal adalah karena harga tiket pesawat yang masih tinggi, walau sudah terjadi penurun sedikit namun masih terbilang tinggi jika dibandingkan sebelum pandemi.
Tingginya harga tiket pesawat bisa dikatakan disebabkan oleh tiga hal yaitu pandemi kemudian keadaan perang Rusia dan Ukraina yang membuat beberapa negara menghentikan sementara pembelian minyak dari Rusia, serta hal kedua adalah keadaan dari para maskapai yang masih harus memulihkan dari pandemi.
Selama pandemi dikala semua maskapai meng grounded armadanya, secara otomatis permintaan akan jet fuel pun menurun drastis dan ini menurunkan pula produksi jet fuel selama pandemi dan ketika terjadi lonjakan permntaan kursi pesawat maka terjadi tekanan pada proses produksi jet fuel yang pada akhirnya hukum supply dan demand berlaku.
Sebaliknya pada sisi maskapai, permintaan kursi yang tinggi maupun rendah tak berpengaruh besar pada harga ticket karena mengingat jet fuel adalah komponen terbesar dari biaya operasional  maskapai.
Dari sisi maskapai, untuk mengembalikan armada mereka beroperasi tidaklah mudah baik dari sisi pesawat itu sendiri (airworthy) maupun dari sisi karyawan baik kru udara maupun darat sehingga dikala terjadi lonjakan permintaan kursi maka tantangan berat tersendiri bagi maskapai untuk mengantisipasinya.
Perang Rusia -- Ukraina juga membawa efek lain selain pada harga minyak yaitu penutupan ruang udara mereka yang membuat beberapa maskapai yang biasanya dapat melintas kini harus reroute dengan mengambil rute lebih lama yang membuat biaya operasional nya pun pada jalur jalur tertentu mengalami peningkatan.
Tidak hanya maskapai penumpang saja tetapi juga maskapai kargo yang harus menyesuaikan rute rute mereka atas penutupan ruang udara tersebut.
Pihak IATA pada laporannya menyebutkan bahwa setidaknya rute penerbangan Eropa ke Asia dan Amerika Utara ke Asia adalah rute yang paling terpengaruh atas penutupan ruang udara Ukraina dan Rusia, dengan kata lain para maskapai dari 40 negara didunia harus melakukan reroute penerbangan mereka baik penerbangan penumpang maupun kargo.