Pesawat ini sudah dilengkapi dengan fitur dengan teknologi terkini seperti radar AESA dan fitur data link yang dapat mengirimkan dan menerima data secara digital antara pesawat dengan pusat komando di darat.
Sedangkan untuk radar AESA pada pesawat KF-21 adalah hasil pengembangan dari Korea Selatan sendiri dalam hal ini oleh peodusen LIG Nex1 asal Korea Selatan mengingat Amerika melalui Lockheed Martin tidak memberikan akses ini kepada Korea Selatan namun tetap memberikan akses pada fitur F-35 lainnya untuk menerapkannya pada KF-21.
Singkat kata, pesawat ini sudah bisa disejajarkan dengan pesawat tempur buatan Amerika, Russia dan Tiongkok pada generasi 4+ Â dalam berbagai fitur dan kapabilitasnya.
Bagaimana dengan kemampuannya ?masih terlalu dini untuk mengetahuinya karena pesawat ini terbilang baru sama sekali baik secara desain maupun penerapan teknologi oleh negara yang memproduksinya.
Namun untuk kecepatan, KF-21 bisa terbang dengan kecepatan maksimum 1.400 mph atau sekitar 2.222 km/jam, kecepatan sedikit dibawah F-22 Raptor dengan kecepatan maksimum Mach 2.25 atau sekitar 2.414 km/jam.
Kecepatan pesawat tempur akan bermanfaat untuk sesegera mungkin melibatkan pesawat pada dogfight setelah takeoff atau juga pada penyergapan atas pesawat yang terdeteksi oleh radar telah melanggar batas teritori negara.
Bagaimana dengan Indonesia ?
Rencananya sebanyak 50 unit pesawat KF-21 ini akan menjadi bagian dari inventory TNI AU dimasa mendatang sehingga kekuatan armada pesawat tempur TNI AU akan meliputi  50 unit KF-21, 42 Dassault Rafale dan 36 unit Boeing/MD F-15 ID.
Sedangkan penempatannya merupakan domain dari TNI AU yang secara teknis menguasai sistem pertahanan udara, tetapi dengan melihat penempatan pesawat pesawat tempurnya saat ini seperti di Lanud Iswahyudi sebagai rumah dari penerbang tempur handal TNI AU serta di lanud Roesmin Nurjadin di Pekanbaru dan Lanud Hasanuddin Makasar mungkin tidak akan berbeda serta kemungkinan penempatan baru di lanud lainnya.
Apakah kekuatan ini sudah mampu menjaga dan mempertahankan ruang udara kita ?
Mengukur kekuatan udara memang tidak bisa dilihat dari satu faktor saja seperti jumlah armada atau jenis pesawatnya akan tetapi dengan melihat kombinasi dari ketiga pesawat ini maka Indonesia sudah tidak tertinggal jauh secara teknologi dari negara negara di Asia Pacifik lebih khususnya lagi dengan Singapore dan Australia dengan pesawat F-35 mereka kelak.