Status sebagai negara superpower umumnya identik dengan kekuatan militernya karena dilihat sebagai kekuatan yang ampuh selain untuk melakukan tekanan serta serangan ke negara lain juga dalam konteks mempertahankan sebuah negara dari segala ancaman.
Anggapan ini sangat masuk akal bila kita kembali ke jaman Perang Dunia 1 dan 2 atau setelahnya itu dimana beberapa negara sering menggunakan kekuatan militernya, walau beberapa hanya sebatas gertakan atau dengan  pengadaan latihan militer.
Akan tetapi kekuatan militer sebenarnya terbangun dari kemampuan lain dan lebih utama dari sebuah negara yaitu ekonomi, karena peralatan dan perlengkapan militer tidak dibangun dalam semalam, diperlukan proses proses mulai dari riset, pendesainan, tes dan produksi dimana semuanya memerlukan dana yang tidak sedikit dan dapat memakan waktu yang lama.
Biaya yang harus dikeluarkan negara pun tidak berhenti pada keberadaan peralatan dan perlengakapan militer tersebut tapi juga berlanjut hingga pemeliharaan, upgrade, pelatihan SDM dan lainnya.
Sehingga kekuatan militer merupakan refleksi dari kekuatan ekonomi sebuah negara, semakin kuat kekuatan militer semakin kuat perekonomian negaranya.
Hal kontras dari pernyataan diatas dapat kita lihat pada perang Russia dengan Ukraina yang dapat diilustrasikan sebagai perang antara negara Superpower dengan negara yang dapat dikatakan sebagai negara yang tidak besar.
Banyak pengamat dan termasuk penulis memprediksi Rusia dapat mudah dan cepat menyudahi perang, akan tetapi pada kenyataannya tidaklah demikian.
Selain dari faktor semangat juang dan campur tangan negara "superpower" lainnya dan aliansinya juga ada faktor ketidakmampuan Rusia pada pelatihan personnel nya sehingga kecakapan mereka pada medan pertempuran tidak maksimal.
Seberapapun canggihnya dan sebanyak apapun alutsista jika tidak mempersiapkan personnel nya dalam menggunakannya maka apa yang terjadi bisa kita lihat di sisi Rusia.
Pelatihan sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dan kapabilitas personnel nya karena latihan militer dapat dikatakan sebagai simulasi dari keadaan peperangan sesungguhnya.