Pada penerbangan penumpang umumnya terdapat dua pilot di kokpit dan pada penerbangan jarak jauh ada penambahan satu pilot yang akan menggantikan salah satu pilot yang berisitirahat sehingga terdapat 3 pilot.
Akan tetapi kini ada wacana untuk menerapkan satu pilot saja di penerbangan dan wacana pengurangan satu pilot di penerbangan jarak jauh sehingga hanya akan terdiri dari dua pilot saja selama penerbangan.
Kecelakaan pesawat yang disebabkan karena hanya ada satu pilot di kokpit seperti pada kecelakaan GermanWings nomor penerbangan 9525 justru mengharuskan setidaknya ada dua pilot sepanjang penerbangan, akan tetapi kini beberapa maskapai justru ingin menerapkan satu pilot.
Apa yang mendorong adanya wacana ini ?
Dorongan untuk mewujudkan ini adalah keadaan yang dihadapi oleh industri penerbangan yaitu kekurangan pilot di seluruh dunia yang diprediksi kian memburuk di masa mendatang.
Penambahan gap antara kebutuhan pilot dengan produksi pilot ini membuat kekurangan pilot semakin bertambah dari tahun ke tahun, sebagai gambaran saja bila ada kebutuhan pilot sebanyak 100 pilot dan hanya ada 20 pilot baru di tahun 1 maka jumlah pengurangan pilot adalah 80 pilot.
Pada tahun 2 kebutuhan pilot menjadi 120 pilot tetapi produksi pilot tetap 20 maka ada kekurangan pilot sebanyak 100 pilot.
Maka kekurangan pilot dari tahun 1 ke 2 bertambah yang berarti pula gap antara kebutuhan dan ketersediaan pilot juga bertambah.
Beberapa pihak sudah melakukan studi nya akan hal ini dimana Boeing memprediksi akan terjadi kekurangan pilot sebanyak 600,000 pilot pada dua dekade mendatang.
 Untuk mengantisipasi hal tersebut muncullah wacana di kalangan maskapai berupa penerapan satu pilot di kokpit serta pengurangan satu pilot dari aturan  yang kini berlaku pada penerbangan jarak jauh dengan 3 pilot menjadi hanya dua pilot.