Tantangan
Salah satu tantangan dari penerapan SAF ini adalah dengan tidak memerlukan modifikasi pada pesawat pesawat yang sudah beroperasi, dan berangkat dari tantangan tersebut maka SAF yang kita kenal kini merupakan bahan bakar Drop-in (Drop-in Fuel) atau dalam istilah ekonominya mengacu pada bahan pengganti atau substitute, ini berarti penggantian penggunaan SAF dapat langsung dilakukan tanpa memerlukan modifikasi pada pesawat yang kini sudah beroperasi yang menggunakan aviation fuel (avtur) dan jika pun ada maka biayanya tidak akan memberatkan maskapai.
Pada perkembangannya banyak perusahaan yang diberikan permodalan untuk mengembangkan SAF dari berbagai jenis bahan tumbuhan, limbah dan hewan namun tidak sedikit pula yang akhirnya mundur dan mengakibatkan laju dari pengembangan SAF ini agak melamban setidaknya sejak tahun 2011.
Salah satu penyebabnya adalah masih tingginya biaya produksinya dimana bisa.mencapai 2x lipat dari avtur saat ini yang membuat ketersediaan SAF masih sangat terbatas, pada tahun 2019 jumlah SAF yang tersedia hanya sekitar 0.1% dari total kebutuhan bahan bakar pesawat, jumlah ini bahkan masih jauh dibawah harapan Boeing yang mematok 1% di tahun 2015.
Pada tahun 2021 pihak IATA mencatat ada sekitar 100,000 liter SAF telah digunakan di industri aviasi, jumlah ini hanya mempresentasikan 0.1% dari kebutuhan industri aviasi dan pada tahun 2021.
IATA pun berharap bahwa pada 2025 ketersediaan SAF akan mencapai 2% dari total kebutuhan seluruh maskapai atau sekitar 7.9 milyar liter ketersediaannya bagi maskapai dan pada tahun 2050 jumlah ini akan meningkat tajam menjadi 65% dari total kebutuhan atau sekitar 449 milyar liter per tahunnya.
Jejak karbon pada aviasi sepertinya juga membuka peluang bisnis kepada yang suka bercocok tanam, statistik diatas mungkin dapat memberikan sedikit gambaran peluang tersebut, Â oleh karenanya tidak ada salahnya pula untuk memulai mengalihkan jenis tanamannya dengan tanaman tanaman yang digunakan sebagai campuran SAF ini karena adanya tekad dari industri aviasi untuk menggunakan SAF pada seluruh penerbangan pada tahun 2050.
Standarisasi
Pada aviation fuel yang sudah digunakan selama ini menggunakan standarisasi dari dua badan yaitu ASTM International di Amerika dan Defence Standard (Def-Stan) di Inggris.
Sebagai ilustrasinya, aviation fuel yang selama ini digunakan oleh industri aviasi yaitu Jet A dan  A-1 merujuk pada standarisasi ASTM D1655 and Def-Stan 91-091.
Langkah Menuju Net Zero
Pada tanggal 4 Februari 2022 yang lalu 42 negara dan para stakeholder industri aviasi mendandatangani Toulouse Declaration on Future Sustainability and Decarbonization of Aviation yang terdiri dari 11 butir kesepakatan bersama dalam pengurangan emisi karbondioksida menuju net zero pada tahun 2050 atau yang dikenal dengan Destination 2050.