Mengikuti perkembangan teknologi bisa dikatakan sebagai keharusan bagi kita terutama yang memiliki hubungan erat dengan pekerjaan dan usahanya, namun penerapannya tidak selamanya bisa dikatakan tepat ketika teknologi menghilangkan beberapa esensi dari suatu hal misalnya pariwisata.
Penulis tidak mendefinisikan pariwisata di sini karena penulis yakin bahwa kita semua sudah memahami betul apa itu pariwisata, namun penulis hanya ingin menyampaikan opini pribadi berdasarkan pehamanan penulis terhadap pariwisata.
Jika kita memutuskan berlibur, apa yang menjadi awal dari keberangkatan kita ke destinasi wisata?
Mungkin ada yang menjawab bandara karena memang proses wisata melibatkan proses traveling yaitu memindahkan kita dari bandara keberangkatan ke kedatangan.
Jawaban yang tepat bagi penulis adalah wanderlust yaitu sebuah keinginan untuk mengunjungi tempat lain, di sinilah awal dari keberangkatan kita.
Pada awal ini kita belum mengetahui kemana kita akan berlibur, dan setelah adanya trigger atau pemicu berupa ekspose di media baik online maupun offline baru kemudian keputusan akan kemana kita pergi diambil.
Dari sini mari kita coba mencari di mana metaverse dapat menghilangkan esensi pariwisata:
1. Travel
Seperti yang sudah disebut sebelumnya bahwa dalam pariwisata akan melibatkan proses perpindahan fisik kita dari lingkungan rutinitas kita ke lingkungan lain atau berbeda.
Ada satu hal yang membuat proses perpindahan ini terasa spesial yaitu eforia di mana excitement dan anticipation bercampur aduk karena ingin segera tiba di destinasi dan dapat segera melakukan aktivitas pada agenda liburan kita.
Apakah sense kita dapat merasakan semua itu mulai dari keberangkatan dan utamanya saat berada di bandara kedatangan?