[caption id="attachment_332143" align="aligncenter" width="300" caption="sidomi.com"][/caption]
Kemarin malam saat sedang galau-galaunya karena semen padang kalah "terhormat". Aku melihat di twitter hastag #savetukangsate nagkring di posisi pertama trending topik dunia. Penasaran aku langsung mencari tahu ada apa gerangan. ternyata seorang tukang sate  harus masuk sel tahanan karena menghina presiden Jokowi pada masa kampanye dahulu. Setelah meneliti lagi, penghinaan tersebut sudah keterlaluan karena si terdakwa menggunakan gambar-gambar tidak senonoh dalam penghinaannnya tersebut.
Dalam pikiranku, hal yang wajar kalau penghinaan tersebut di laporkan ke polisi. karena itu bukan lagi masuk dalam kategori kritik yang berlandaskan kebebasan berbicara dan berpendapat. Apa yang di lakukan tersangka itu sudah keterlaluan. Apalagi yang di lecehkan olehnya adalah orang nomor satu di Indonesia. Secara tidak langsung dia telah melecehkan bangsa ini. Orang asing melecehkan simbol negara saja kita seharus sudah marah, apalagi yang menghina tersebut adalah anak bangsa sendiri.
Munculnya hastag #savetukangsate di peringkat pertama trending topik dunia pantas menjadi pertanyaan. apakah pantas seorang yang menhina simbol negara dengan menggunakan hal yang senonoh tersebut  di bela. Tidak masuk akal menurutku alasan mereka yang mengatakan " Presiden Gusdur dan SBY aja sudah seringkali di hina seperti itu , sikapnya biasa aja".
Hei..., hal yang salah kalau sudah menjadi kebiasaan tidak berarti harus menjadi sebuah hal yang benar. Kalau dia seorang presiden di negara demokrasi yang bebas berpendapat. Bukan berarti kita bebas menghina dengan tameng hukumkebebasan berpendapat tadi . Kebebasan tersebut haruslah kebebasan yang bertanggung jawab. Jangankan presiden, anda yang membaca artikel ini sekalipun pasti akan marah kalau harga diri anda di injak seperti itu.
Lagipula, dengan adanya penangkapan ini. seharusnya menjadi pebelajaran bagi siapapun kalau bebas tidak berarti seenaknya. ada etika dan hak-hak orang lain yang harus kita perhatikan sebelum kita mengeluarkan apa yang ada dalam kepala atau hati kita.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H