[caption id="attachment_329479" align="aligncenter" width="300" caption="dhenokhastuti.com"][/caption]
“Orang-orang berdedikasi padaku karena aku juga mendedikasikan diri kepada mereka.”(Toyotomi Hideyoshi)
Dalam sejarah Jepang, Totomi Hideyoshi merupakan tokoh yang paling saya kagumi. Hideypshi merupakan tokoh utama pemersatu jepang setelah ratusan tahun mengalami perang saudara. Hideyoshi merupakan buktinya kalau kerja keras dan pengabdian itu suatu saat nanti pasti akan terbayar. Dia juga menjadi bukti kalau sukses itu merupakan milik semua orang. Bukan hanya di miliki oleh orang yang memiliki keturunan atau DNA yang bagus.
Lihatlah dalam sejarahnya. Hideyoshi terlahir di keluarga yang miskin dan juga berwajah jelek. Saking jeleknya, dia gelari sebagai monyet dan tidak pandai bela diri. Tapi meski tidak bisa bela diri. kerja keras, pengabidannya, dan kemampuannya yang mendalam tentang manusia, membuatnya mendapatkan sebuah julukan sebagai " samurai tanpa pedang".
Beberapa pelajaran yang aku dapatkan darinya
1. Kerja keras dan Pengabdian sepenuh hati
Hal yang sering di ceritakan tentang pengabdiansepenuh hati Hideyoshi adalah saat dia menjadi penjaga sandal tuannya, Nobunaga. Dia seringkali tidak tidur nyenyak hanya untuk memastikan kalau nanti mau bepergian mendadak ke suatu tempat, maka sandal yang akan di gunakan telah tersedia. Berbeda sekali denganku yang jangankan mau memberikan lebih dari yang seharusnya. Mengerjakan tugas kuliah yang merupakan tanggung jawabku saja aku masih malas melakukannya. Tapi, tidak ada yang namanya telat untuk berubah bukan...? :).
2. Wawasan yang mendalam tentang manusia.
Hideyoshi layak di berikan gelar sebagai salah seorang diplomat ulung dalam sejarah dunia. Seringkali permusuhan yang terjadi bisa dia selesaikan dengan cara dialog. kemampuannya yang mendalam tentang manusia itu mampu membuat seseorang yang dulunya musuh menjadi kawan yang setia padanya.
3. Rendah hati.
Tidak seperti pembesar pada umumnya, Hideyoshi sama sekali tidak canggung untuk bercengkrama dengan anak buahnya. Kehidupannya yang berasal dari masyarakat biasalah yang membuatnya mampu menghilangkan sekat-sekat antara atasan dengan bawahan yang biasanya ada di masyarakat feodal. Karena kemampuannya dalam memahami manusia ini jugalah dia mampu mendelegasikan tugas kepada orang yang tepat. Tapi, dia tidak bekerja sendirian. Kalau tidak salah ada tujuh orang penasihat yang selalu di mintai nasihat olehnya. Di antara penasihatnya tersebut ada yang merupakan mantan musuhnya terdahulu.