Mohon tunggu...
Kokoro ?
Kokoro ? Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

i just wanna be the better person every single day of my life.\r\nI am a writer, entrepenuer, and a nobel prize winner

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Soal #savetukangsate

30 Oktober 2014   23:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:07 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_332143" align="aligncenter" width="300" caption="sidomi.com"][/caption]

Kemarin malam saat sedang galau-galaunya karena semen padang kalah "terhormat". Aku melihat di twitter hastag #savetukangsate nagkring di posisi pertama trending topik dunia. Penasaran aku langsung mencari tahu ada apa gerangan. ternyata seorang tukang sate  harus masuk sel tahanan karena menghina presiden Jokowi pada masa kampanye dahulu. Setelah meneliti lagi, penghinaan tersebut sudah keterlaluan karena si terdakwa menggunakan gambar-gambar tidak senonoh dalam penghinaannnya tersebut.

Dalam pikiranku, hal yang wajar kalau penghinaan tersebut di laporkan ke polisi. karena itu bukan lagi masuk dalam kategori kritik yang berlandaskan kebebasan berbicara dan berpendapat. Apa yang di lakukan tersangka itu sudah keterlaluan. Apalagi yang di lecehkan olehnya adalah orang nomor satu di Indonesia. Secara tidak langsung dia telah melecehkan bangsa ini. Orang asing melecehkan simbol negara saja kita seharus sudah marah, apalagi yang menghina tersebut adalah anak bangsa sendiri.

Munculnya hastag #savetukangsate di peringkat pertama trending topik dunia pantas menjadi pertanyaan. apakah pantas seorang yang menhina simbol negara dengan menggunakan hal yang senonoh tersebut  di bela. Tidak masuk akal menurutku alasan mereka yang mengatakan " Presiden Gusdur dan SBY aja sudah seringkali di hina seperti itu , sikapnya biasa aja".

Hei..., hal yang salah kalau sudah menjadi kebiasaan tidak berarti harus menjadi sebuah hal yang benar. Kalau dia seorang presiden di negara demokrasi yang bebas berpendapat. Bukan berarti kita bebas menghina dengan tameng hukumkebebasan berpendapat tadi . Kebebasan tersebut haruslah kebebasan yang bertanggung jawab. Jangankan presiden, anda yang membaca artikel ini sekalipun pasti akan marah kalau harga diri anda di injak seperti itu.

Lagipula, dengan adanya penangkapan ini. seharusnya menjadi pebelajaran bagi siapapun kalau bebas tidak berarti seenaknya. ada etika dan hak-hak orang lain yang harus kita perhatikan sebelum kita mengeluarkan apa yang ada dalam kepala atau hati kita.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun