"Indonesia sudah menujukkan tanda-tanda baik seperti penampilan klub di level internasional, tim nasional, dan prestasi tim nasional U-19. Saya yakin Indonesia bisa berkompetisi dengan negara lain,"
"Bagi kita perlu waktu membenahi semua. Kita harus sabar. Semua masalah perlu proses untuk membenahi secara maksimal. Jadi indonesia bisa kembali ke trek,"
"Kami akan terus membantu PSSI membenahi semuanya karena Indonesia memiliki passion sangat besar. Kami yakin Indonesia bisa jauh lebih baik dari sekarang. Namun, kami perlu mengetahui apa yang dibutuhkan PSSI,"
Kata-kata di atas tidak diucapkan oleh “tikus-tikus KPSI”, ungkapan yang sering digunakan oleh “kelompok reformis” terhadap orang-orang yang mendukung PSSI. Tetapi merupakan penyataan Presiden AFC, Salman Al-Khalifa, usai berkunjung ke markas PSSI di Jakarta, Sabtu (16/11/2013). Pria asal Bahrain ini juga meminta PSSI untuk tetap menjaga kestabilan.
Kestabilan yang dimaksud oleh Pesiden AFC adalah, PSSI era sekarang sudah berhasil mengatasi konflik dan kekisruhan yang sempat terjadi, sehingga perlu mejaga kondisi yang telah kondusif ini. Salman sebagai Presiden AFC juga menyatakan kesanggupannya untuk selalu memberikan dukungan kepada Indonesia. (Sumber: Kompas)
Ketika AFC tak segan-segan memuji kemajuan sepakbola Indonesia, justru segelintir “kelompok reformis” selalu memaksakan opini mereka bahwa sepak bola Indonesia mengalami keterpurukan. AFC tentunya memandang kemajuan sepak bola Indonesia dari berbagai sundut pandang secara luas, bukan seperti “kelompok reformis” yang selalu berpikiran sempit dan selalu membesar-besarkan kelemahan-kelemahan kecil PSSI.
AFC memandang PSSI dari sisi proses menuju perubahan yang lebih baik. AFC tentu sadar sepenuhnya, PSSI baru bangkit dari konflik dan perpecahan, tetapi dalam kurun waktu yang relatif singkat, tanda-tanda ke arah perbaikan sudah jelas terlihat.
Beda halnya dengan sikap “kelompok reformis”, mereka melihat dari sisi “hasil akhir”, bukan “progress”. Mereka tak pernah mau tahu kalau sepak bola Indonesia saat ini sedang dalam taraf “penyembuhan”. Ibarat orang baru sembuh dari sakit keras, “kelompok reformis” mengharuskan orang tersebut sudah segar bugar dan beraktifitas berat. Kondisi masih agak sempoyongan inilah yang dijadikan bahan hujatan oleh “kelompok reformis”.
Salman Al-Khalifa adalah Presiden AFC asal Bahrain. Apa yang pernah terjadi antara Timnas Indonesia dengan Timnas Bahrain beberapa tahun yang lalu tentu diketahuinya dengan pasti. Lalu sekarang Salman melihat kiprah Timnas Indonesia di tingkat Asia yang tak pernah dibantai lawan dengan skor mencolok. Mungkin atas dasar inilah Salman memberikan pujian atas kemajuan sepak bola Indonesia.
Kejadian apa antara Timnas Indonesia dan Timnas Bahrain? Saya tak mau menjelaskannya di sini, karena seluruh masyarakat Indonesia mengetahuinya, walau ada segelintir orang; yang mengaku sebagai “kelompok reformis”; sengaja pura-pura lupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H