Mohon tunggu...
Koko Nata
Koko Nata Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Insan biasa yang tengah membiasakan diri untuk terus menulis dan giat membaca. Pengelola Rumah Cahaya FLP yang juga sedang menyelesaikan pendidikan di Psikologi Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Silaturahim ke DPR RI #1 FLP-DPR

1 September 2010   02:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:33 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_245776" align="alignleft" width="300" caption="Gedung DPR/MPR Foto: Anna Noor"][/caption] Kemarin sore (31/8), saya dan teman-teman Forum Lingkar Pena (FLP) memenuhi undangan Anis Matta. Wakil ketua DPR RI periode 2009-2014 itu sengaja mengundang FLP guna silaturahim sekaligus buka puasa bersama di lantai 4 gedung Nusantara III. Saya beberapa kali melewati gedung MPR/DPR, namun baru kali itu memasuki kompleks gedung wakil rakyat tersebut. Sengaja saya dan teman-teman menyewa taksi karena jalan kaki dari gerbang ke gedung anggota dewan tersebut pasti cukup membuat pegal kaki.

Perjalanan dari Lenteng Agung mengendarai taksi lumayan nyaman. Badan saya dan 4 orang teman lainnya termasuk kelas ringan. Satu orang duduk di samping supir, sedang empat lainnya di belakang supir tak begitu membuat badan pegal meskipun sempat terjebak macet di Kalibata, Jakarta Selatan. Sopir taksi sempat berputar-putar untuk mencari gedung Nusantara III. Kami berlima akhirnya turun di sebuah gedung dengan kolam dan air mancur di depannya. Sekelompok ibu-ibu tengah berfoto di depan gedung itu.

Kami masuk ke dalam ruangan gedung dan bertanya di mana gedung Nusantara III. Dua orang lelaki berkemeja tengah mengutak-atik netbook. Kami bertanya pada mereka. Ternyata gedung yang kami masuki bukan gedung Nusantara III. Kami berlima belum shalat Asar, jadi kami memutuskan untuk shalat dulu.

Untunglah ada sebuah mushala kecil dengan penerangan remang-remang di sekelilingnya. Kami shalat di sana. Setelah shalat saya sempat memandang berkeliling. Entah apa nama gedung ini, tapi terasa luas sekali. Saya jadi teringat rumah saya yang bertipe 22 dan rumah beberapa teman yang hanya berupa satu petak ruang bersekat sehingga menjadi ruang tamu, kamar tidur, dan dapur. Ruangan di gedung itu, luas, sejuk, namun sepi.

Seorang bapak keluar dari ruangan di samping mushala. Saya bertanya di mana gedung Nusantara III. Dia menunjukkan sebuah pintu. ”Lewat sana, belok kanan. Gedung di kanan itu Nusantara III,” katanya. Saya dan teman-teman mengikuti petunjuknya.

Kami masuk ke lantai dasar gedung Nusantara III yang luasnya serupa lapangan sepakbola. Ruangan berlantai keramik kecoklatan memantulkan cahaya sehingga lantai nampak berkilau. Beberapa orang tampak duduk berkelompok dengan netbook di hadapannya. Saya teringat lagi RSS saya dan ruangan-ruangan sempit kediaman beberapa teman.

Tegak lurus dengan pintu. Ada ruangan khusus untuk wartawan dan lift. Namun di depan lift ada petugas keamanan dengan pintu detector, sama seperti jika kita akan check-in di bandara Soekarno Hatta. Kami mengatakan tujuan kedatangan kami. Melewati pintu pemeriksaan itu, dan masuk ke dalam lift. Satu jam lagi waktunya berbuka puasa. Di dalam lift, saya berharap pertemuan dengan Anis Matta nanti punya makna sendiri, bukan sekedar basa-basi.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun