Mohon tunggu...
Koko Nata
Koko Nata Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Insan biasa yang tengah membiasakan diri untuk terus menulis dan giat membaca. Pengelola Rumah Cahaya FLP yang juga sedang menyelesaikan pendidikan di Psikologi Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Belajar dari Enid Blyton

31 Juli 2010   04:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:25 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_213109" align="alignleft" width="185" caption="Salah satu karya Enid Blyton"][/caption] Beberapa waktu yang lalu, saya menemukan buku-buku Enid Blyton pada koleksi seorang teman. Beberapa buku merupakan versi terjemahan yang terbit pada tahun 80-an. Sampul bukunya terasa akrab dan dekat. Membaca ulang kisahnya seperti mendengar tuturan kawan yang lama tak jumpa. Saya seperti masuk ke lorong waktu dan kembali ke masa lalu. Sejak kecil saya memang suka membaca. Buku-buku Enid Blyton merupakan sebagian buku yang saya lahap dalam pertumbuhan meninggalkan masa kanak-kanak. Kegemaran membaca inilah yang kemudian mendorong saya untuk menulis juga saat masih SD. Sayangnya, lingkungan kurang mendukung sehingga kebiasaan menulis itu belum terasah. Barulah ketika duduk di bangku kuliah saya bersemangat untuk menulis lagi. Kebanyakan tulisan dengan tema remaja, berdasarkan pengalaman masa remaja yang mulai saya tinggalkan. Belakangan saya jenuh dengan tulisan dan bacaan bertema remaja dan dewasa. Buku anak-anak mulai menarik perhatian saya. Awal 2007 saya mulai tertarik menulis naskah dengan sasaran pembaca anak-anak. Saat itu pula saya mulai mendapat tawaran mengajar privat menulis kreatif untuk anak. Mau tak mau saya harus banyak baca buku anak dan akhirnya menulis naskah untuk anak. Naskah yang saya tulis berupa cerita buku bergambar. Naskahnya berupa 11 halaman cerita yang jika diterbitkan akan menjadi buku anak bergambar setebal 24 halaman. Untuk ilustrasinya, saya pikir biar penerbit saja yang memikirkannya. Naskah itu saya kirimkan pada penerbit melalui e-mail. Berbulan-bulan tidak ada kabar. Kesibukan membuat saya lupa dan akhirnya menyimpulkan, mungkin naskah saya belum layak terbit. [caption id="attachment_213111" align="alignright" width="197" caption="Enid Blyton, Penulis Buku Anak"][/caption] Pertengahan 2007, saya mulai kuliah di Psikologi Universitas Indonesia Program Ekstensi. Akhir 2008, mata kuliah yang saya ambil mulai membahas perkembangan anak. Beberapa mata kuliah seperti Psikologi Belajar, Psikologi Pendidikan, Psikologi Perkembangan, Psikologi Pendidikan Keluarga, memberi sumbangan yang sangat besar untuk wawasan perkembangan anak dan keterampilan menulis naskah anak. Saya akhirnya tahu, menganalisa sendiri, apa yang menyebabkan buku anak belum layak terbit. Melalui kuliah-kuliah tentang psikologi anak tersebut, saya paham, untuk menulis naskah anak, seorang penulis selain banyak membaca buku anak-anak juga harus memahami perkembangan anak. Setiap tahap perkembangan anak, mulai dari bayi, batita, balita, SD kelas rendah, SD kelas tinggi, SMP, dan SMA membutuhkan bacaan yang sesuai dengan tahap perkembangan fisik, psikologis dan kecerdasannya. Anak usia 5 tahun misalnya, buku dengan gambar sederhana tetapi berwarna menyolok dan bertutur menggunakan kalimat pendek lebih mengena. Dengan sedikit pengetahuan psikologi anak yang saya miliki, ketika membaca buku karya Enid Blyton kembali, saya harus unjuk dua jempol untuk wanita kelahiran 11 Agustus 1897 itu. Tema buku-buku yang ditulisnya sederhana tapi mengena. Hingga saat ini buku-bukunya terus diterbitkan bahkan namanya dipatenkan. Hari ini saya juga baru menyadari Enid Blyton meninggal pada 28 November 1968 di usia 71 tahun. Artinya ketika saya membaca karya Enid Blyton untuk pertama kalinya, sang penulis sudah tidak ada. Luar biasa!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun