Mohon tunggu...
Koko Nata
Koko Nata Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Insan biasa yang tengah membiasakan diri untuk terus menulis dan giat membaca. Pengelola Rumah Cahaya FLP yang juga sedang menyelesaikan pendidikan di Psikologi Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Penipuan Melalui Telepon oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti)

20 Desember 2013   09:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:43 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignnone" width="570" caption="foto: mysteriousuniverse.org"][/caption]

Sebelum jam 8.00 pagi saya ditelepon oleh nomor 08151666039 atas nama Prof. Dr. Joko Santosa. Suaranya tenang, tertata, mengalir, seperti orang sedang membaca teks pidato. Dia mengaku sebagai dirjen dikti. Dia tahu saya anggota dan pengurus Forum Lingkar Pena. Dia menelepon saya sehubungan pelatihan menulis artikel ilmiah yang akan diadakan di Bali pada 26-27 Desember 2013 oleh. Transportasi dan akomodasi akan ditanggung. Ada 150 peserta yang diundang. Peserta diundang secara bertahap. Saya adalah salah satu calon peserta.

Saat dia menayakan apakah saya bersedia untuk mengikuti pelatihan tersebut, saya mengiyakan saja. Kemudian sang profesor mengatakan, biaya transportasi dan akomodasi akan dikirim dalam bentuk cek virtual. Booking penerbangan pun akan dilakukan melalui atm. Saya diminta menyebutkan nomor rekening bank dan nama lengkap. Saya menyebutkan nomor rekening dan nama lengkap saya. Menurut dia, percakapan saya dan dia saat itu direkam sebagai bukti. Selanjutnya saya diminta menuju atm untuk transfer cek dan nomor booking penerbangan tersebut. Saat dia menelepon, saya sedang sarapan di warteg. Saya minta waktu untuk menuju atm. Dia mengatakan, “boleh saja, tapi telepon jangan dimatikan.” Dia meminta saya tetap online.

Saya tergoda untuk segera ke atm. Namun karena letak atm terdekat cukup jauh, saya putuskan menuju ke kantor saja dulu. Waktu tempuh dari warteg ke kantor sekitar 6 menit. Telepon genggam saya biarkan tetap terhubung ke nomor sang profesor. Padahal daya baterainya tinggal 25%  Saya ingin cek-ricek dulu, apakah benar Dikti mengadakan pelatihan tersebut. Penipuan lewat telepon yang menggiring korban ke atm sering sekali saya dengar.

Di kantor, saya meletakkan telepon agak jauh, agar si profesor tidak mendengar percakapan saya dan teman-teman kerja. Saya beritahukan undangan pelatihan di Bali tersebut kepada teman-teman. Saya minta mereka diam saat saya bicara dengan si profesor. Saat saya ambil telepon genggam saya, hubungan komunikasi dengan si profesor sudah terputus. Wah, batal nih, pergi ke Bali, pikir saya.

Telepon genggam saya memperdengarkan nada panggilan. Si profesor menelepon lagi! Saya kembali menanyakan nama dan posisinya.

“Ini profesor doktor  Joko Santoso,” katanya

“Posisi bapak, apa?” tanya saya

“Dirjen Dikti!”

Saya merasa tersanjung, dirjen dikti langsung menelepon saya. Jam di tangan saya menujukkan waktu 07.50 WIB. Pada waktu itu, rasanya PNS belum mulai bekerja di kantor.

Saya mengaktifkan perekam suara percakapan telepon.

“Oke, pak. Percakapan ini saya rekam, ya,” ucap saya.

“Iya, percakapan ini direkam,” katanya.

“Saya juga merekam percakapan ini, Pak. Nanti saya cek ke Dikti dan saya sebar juga percakapan ini ke teman-teman saya. Saya juga punya aplikasi untuk melacak posisi bapak berdasarkan nomor...”

Sambungan telepon sudah putus. Padahal baru mau seru...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun