Mohon tunggu...
William Giovanni
William Giovanni Mohon Tunggu... Penulis - Financial Services and Tech Enthusiast

| Financial Services, Tech, and Stock Market Enthusiast | Tukang Ngemil |

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Cara Jitu Mengakhiri Kekerasan pada Anak dan Perempuan: Three Ends

6 Januari 2017   21:02 Diperbarui: 6 Januari 2017   22:05 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekesaran pada perempuan dan anak menjadi salah satu pembahasan yang menarik. Kasus kekesaran pada perempuan dan anak dekat dengan kehidupan kita. Tak hanya itu berita tentang kekesaran pada perempuan dan anak kerap kali terlihat di berbagai media. Kekesaran pada perempuan dan anak menjadi salah satu perhatian pemerintah.

Pemerintah lewat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pemberdayaan Anak (KPPPA) berupaya mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak lewat program Three Ends.

Program Three Ends dari KPPPA antara lain:
-End Violence Against Women and Children (Akhiri Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak)
-End Human Trafficking (Akhiri Perdagangan Manusia)
-End Barriers To Economic Justice (Akhiri Kesenjangan Ekonomi terhadap perempuan)

Indonesia dengan jumlah penduduk aebesar 252.035.000 jiwa dengan populasi perempuan sebesar 49, 75% dan 1/3 anak-anak adalah perempuan. Pemerintah dalam melakukan program Three Ends tak bisa sendiri, perlu adanya pastisipasi masyarakat. Kekerasan seksual mendominasi kasus kekesaran pada perempuan dan anak.

Banyaknya kasus kekesaran pada anak dan perempan seperto fenomena gunung es. Banuyak kasus yang terjadi, namun tidak dilaporkan. Kasus kekerasan pada perempuan dan anak, tak hanya terjadi di kelas ekonomi bawah. Pada kelas ekonomi atas tak jarang kekesaran dilakukan dengan rapi dan secara psikologis, tak lagi kekerasan fisik.

Dalam kasus kekesaran pada perempuan dan anak, pelakunya adalah orang terdekat. Pemerintah tidak bisa menjangkau hingga ke keluarga, sehingga peranan masyarakat menjadi hal penting. Memberikan dukungan kepada korban kekekerasan dengan tidak memberi stereotype negatif. Korban kekerasan tidak hanya secara fisik, namun secara psikologis tersakiti.

Korban kekerasan membutuhkan bantua dan konseling untuk kembali pulih. Korban kekerasan dalam masa pemilihan membutuhkan dukungan dan konseling yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun